Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad berhasil membantu pemulangan (repatriasi) mandiri sebanyak 182 WNI dari Pakistan kembali ke tanah air.Kami menjalin koordinasi intensif dengan berbagai pihak, baik otoritas Pakistan, pengelola Markaz jamaah Tablig di Raiwind dan Islamabad, kampus dan mahasiswa, pengelola Markaz jamaah Tablig di Ancol, juga warga Pakistan (friends of Indonesia), untuk
Pemulangan 182 warga negara Indonesia (WNI) itu dilakukan dengan memanfaatkan penerbangan khusus Pakistan International Airways (PIA), seperti disampaikan dalam keterangan tertulis KBRI Islamabad yang diterima di Jakarta, Selasa.
Suasana haru bercampur gembira terlihat di wajah para WNI yang mayoritas lebih dari tiga bulan tertunda kepulangannya dari Pakistan.
"Kami sudah rindu tanah air dan bertemu keluarga, lebih-lebih ingin merasakan suasana puasa dan Lebaran di kampung halaman," ujar Sugeng, salah seorang WNI saat berada di bandar udara Islamabad pada Senin (18/5).
Baca juga: KBRI, mahasiswa silaturahmi "online" saat wabah COVID-19 di Pakistan
Baca juga: KBRI berikan bantuan logistik pada WNI di Pusat Karantina Pakistan
Duta Besar RI untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri, mengantarkan para WNI yang akan pulang ke Indonesia hingga ke bandar udara Islamabad.
"Total penumpang sebanyak 186 orang yang terdiri dari 182 WNI dan 4 WNA," ujar Dubes Iwan.
Dari 182 WNI tersebut ada 136 jamaah Tablig, 17 mahasiswa, 13 santri/murid, dan 16 pelancong, sementara empat warga negara asing (WNA) tersebut adalah tiga warga Pakistan yang merupakan para suami dari WNI dan satu warga China yang adalah santri di pesantren Temboro, Magetan, Jawa Timur.
"Keempat WNA tersebut adalah pemegang KITAS/ KITAP," ungkap Dubes Iwan.
Proses pendataan WNI untuk repatriasi mandiri tidak mudah, mengingat tersebarnya WNI di berbagai wilayah di Pakistan, khususnya WNI jamaah Tablig yang menjalani aktivitas secara berpindah dari satu daerah ke daerah lain di Pakistan.
Kondisi pembatasan gerak karena kebijakan karantina dan jaga jarak fisik yang ditetapkan oleh otoritas Pakistan membuat KBRI mengupayakan berbagai langkah kreatif agar dapat terhubung dengan seluruh WNI.
"Kami menjalin koordinasi intensif dengan berbagai pihak, baik otoritas Pakistan, pengelola Markaz jamaah Tablig di Raiwind dan Islamabad, kampus dan mahasiswa, pengelola Markaz jamaah Tablig di Ancol, juga warga Pakistan (friends of Indonesia), untuk memastikan repatriasi mandiri ini berhasil," tutur Dubes Iwan.
Penawaran KBRI untuk repatriasi mandiri disambut baik oleh WNI, karena harga yang lebih murah dari penerbangan lain, yaitu seharga Rp6,8 juta per orang dan jaminan kepastian berangkat.
Sebelumnya, seorang WNI yang bekerja sebagai karyawan di pabrik tembakau Pakistan telah mencoba mengkoordinasi pemulangan ke Indonesia menggunakan penerbangan komersial Qatar Airways, namun harga yang dikenakan sangat tinggi mencapai Rp55 juta per orang.
Hingga saat ini pemerintah Pakistan masih memberlakukan kebijakan penguncian dan penundaan penerbangan pesawat komersial.
Untuk memberikan perlindungan kepada WNI, KBRI Islamabad membentuk Satgas terkait COVID-19 yang dipimpin Atase Pertahanan RI, Kolonel Kav. Dody Muhtar Taufik, termasuk untuk proses repatriasi WNI.
Satgas KBRI menyediakan kendaraan dari titik berangkat WNI menuju bandar udara Islamabad. Kepada calon penumpang juga diberikan informasi untuk mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan selama penerbangan dan oleh Pemerintah Indonesia pada saat kedatangan di Jakarta, serta menggunakan alat pelindung diri yang diperlukan.
Satgas KBRI juga melengkapi para penumpang dengan surat keterangan jalan dan surat keterangan bebas COVID-19 yang dikeluarkan otoritas kesehatan Pakistan.
"Repatriasi mandiri merupakan bagian dari upaya Pemerintah RI untuk memberikan perlindungan bagi WNI di luar negeri, yang merupakan salah satu prioritas diplomasi Indonesia," kata Dubes Iwan.
Baca juga: Ketua Majelis Nasional Pakistan terbukti positif COVID-19
Baca juga: Dubes, mahasiswa Indonesia di Pakistan berbuka puasa bersama virtual
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020