Di sisi lain, banyak pula pesepak bola yang dipaksa kembali bermain, terkadang tanpa menjalani tes.
"Organisasi-organisasi anggota (FIFPro) di Kolombia,Paraguay, Uruguay, Honduras, Panama, Bostwana, dan Mesir mengantarkan paket-paket bantuan makanan kepada para pemain karena mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok dan kesulitan mendapat pemasukan," kata Baer-Hoffmann seperti dikutip Reuters.
Baca juga: FIFPro: Jumlah pesepak bola yang alami gejala depresi meningkat tajam
Di beberapa negara, para pemain harus kembali berlatih menjelang dilanjutkannya liga-liga. Namun bagi Baer-Hoffmann, kondisi di lapangan jauh dari ideal.
"Beberapa liga tidak menyediakan material tes kepada para pemain yang sangat meningkatkan risiko infeksi," tuturnya.
Terdapat pula kasus di mana para pemain diancam dengan tindakan disiplin seandainya mengekspresikan kecemasan mereka terhadap kesehatan keluarga atau diminta untuk meneken klausul yang isinya mengabaikan semua konsekuensi dari kemungkinan terinfeksi.
Baca juga: Putusan PSSI ijinkan gaji pemain dipotong 75 persen disorot FIFPro
Saat pemain-pemain di sejumlah negara, seperti Inggris, dapat mengekspresikan opininya, hal itu tidak dapat dilakukan di negara-negara lain.
"Mayoritas pemain berada di bawah tekanan ekonomi yang sama seperti sebagian besar anggota masyarakat, dan tidak memiliki kemewahan untuk melakukan mitigasi risiko," tegas pria yang baru menduduki jabatan tersebut pada Januari tahun ini.
"Mereka perlu meletakkan makanan di meja mereka dan banyak (pemain) yang kembali bermain dengan keraguan dan ketakutan, karena mereka tidak memiliki pilihan lain," pungkasnya.
Baca juga: FIFPro ingatkan ancaman kesehatan mental pesepak bola di masa pandemi
Baca juga: FIFPro ingatkan banyak pesepak bola yang tak patut gajinya dipotong
Baca juga: Qatar bakal upayakan Piala Dunia 2022 terjangkau bagi penggemar
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020