• Beranda
  • Berita
  • Australia terpecah soal pembukaan perbatasan dalam negeri

Australia terpecah soal pembukaan perbatasan dalam negeri

21 Mei 2020 16:39 WIB
Australia terpecah soal pembukaan perbatasan dalam negeri
Penduduk setempat menyantap makanan di salah satu restoran, di Darling Harbour di Sydney, Australia, Sabtu (17/5/2020). Sydney mulai melonggarkan beberapa pembatasan COVID-19 sejak 15 Mei lalu yang memungkinkan orang-orang pergi ke berbagai pantai, pub, dan restoran untuk kegiatan rekreasi. ANTARA FOTO/Xinhua-Bai Xuefei/hp.
Para pemimpin negara bagian dan teritori Australia pada Kamis berselisih soal apakah mereka akan membuka kembali perbatasan dalam negeri untuk mengurangi pembatasan terkait virus corona.

Pembukaan perbatasan akan menjadi langkah besar untuk meremajakan industri pariwisata domestik negara itu senilai 80 miliar dolar Australia (sekitar Rp773 triliun).

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan ia ingin sebagian besar pembatasan sosial dihapus pada Juli di bawah rencana tiga langkah.

Keinginannya itu didasarkan pada kenyataan bahwa negaranya terus melaporkan jumlah rendah harian infeksi baru COVID-19.

Namun, pelaksanaan rencana pemerintah federal tetap tergantung pada keputusan para pemimpin negara bagian dan teritori individual, yang berasal dari partai-partai politik yang berseberangan dan tidak sepakat tentang seberapa aman keadaan saat ini untuk membebaskan pergerakan di seluruh negeri.

New South Wales, negara bagian terpadat di negara itu, telah menyerukan agar semua perbatasan dibuka sebagai langkah penting untuk memberikan dorongan ekonomi bagi kalangan yang sangat dibutuhkan.

Bank Sentral Australia awal pekan ini mengatakan pihaknya meyakini bahwa negara itu menghadapi penyusutan ekonomi yang "belum pernah terjadi sebelumnya" akibat pandemi, meskipun stimulus fiskal dan moneter besar-besaran akan membantu meredam pukulan itu.

"Agar Australia benar-benar bergerak maju sebagai bangsa selama masa ekonomi yang sangat sulit ini dan masa keadaan kesehatan yang juga sulit, perbatasan memang perlu dibuka," kata Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian kepada stasiun televisi Australian Broadcasting Corp.

Sekitar 120 juta wisatawan domestik untuk semalam menghabiskan rekor 80,7 miliar dolar Australia (sekitar Rp779 triliun) tahun lalu, menurut data resmi pemerintah.

Angka itu menyumbang hampir setengah dari jumlah pengeluaran di sektor pariwisata, termasuk oleh wisatawan internasional, yang totalnya mencapai 152,4 miliar dolar Australia (sekitar Rp1.470 triliun).

Baca juga: Warga Australia diminta "tetap waspada" walau pembatasan sosial mereda

Baca juga: Negara bagian Victoria buka kembali sekolah lebih cepat dari perkiraan


Wakil Kepala Badan Medis Paul Kelly mengatakan pada Rabu (20/3) bahwa tidak ada alasan medis untuk menjaga perbatasan tetap tertutup.

Namun, banyak negara bagian lebih kecil, yang selama ini melaporkan jumlah infeksi yang sangat rendah dan sedikit atau tidak ada kematian, tetap tidak setuju dengan pembukaan perbatasan.

"Aneh, New South Wales mengatakan jangan naik angkutan umum di Sydney ... tapi mereka mengatakan 'mengapa warga New South Wales tidak boleh terbang ke Western Australia'," kata Perdana Menteri Negara Bagian Western Australia Mark McGowan.

Kepala Badan Medis Negara Bagian Queensland Jeannette Youn mendukung seruan untuk menutup perbatasan. Ia mengatakan "satu kasus dapat menyebabkan kemunduran besar pada rencana kami untuk membuka kegiatan masyarakat kami."

Australia sejauh ini mencatat lebih dari 7.000 infeksi COVID-19, termasuk 100 kematian. Angka itu jauh di bawah jumlah yang dilaporkan di negara-negara maju lainnya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Australia minta China tanggapi ajakan bertemu bahas isu dagang

Baca juga: Cafe dan bar kembali dibuka di Australia


 

Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020