"Perbedaan hanyalah pada cara, di saat pandemi COVID-19 kita tidak bisa beramai-ramai ke lapangan karena situasi belum terkendali," katanya.
"Dasarnya sama, kita tetap menyelesaikan Ramadhan dengan paripurna dan mengambil hikmah dari Ramadhan, yaitu kita dilatih selama sebulan untuk melatih hawa nafsu dunia dan mengalahkan kemudaratan," ia menambahkan.
Idul Fitri tahun ini, Gubernur tidak mengadakan acara gelar griya di Gedung Negara Pakuan guna meminimalkan risiko penularan COVID-19.
Dia juga mengimbau warga tidak bersalaman untuk menghindari penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Kita tidak bisa bersalam-salaman secara fisik karena sedang situasi urgen, oleh karena itu manusia bisa menyesuaikan tanpa menghilangkan esensi dari Ramadan dan Idul Fitri," katanya.
Selain itu, Gubernur meminta warga tetap menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kita fokus sampai akhir penyelesaian (penanggulangan) COVID-19, Insya Allah kita hidup di normal baru dengan cara yang lebih baik," katanya.
"Mudah-mudahan tahun ini lebih memberikan hikmah agar kita hidup lebih adil kepada alam, hidup lebih yakin dan beriman kepada Allah SWT, dan lebih fokus dengan niat ibadah," kata Gubernur, yang usai Shalat Id melakukan tradisi sungkeman dengan keluarga.
Baca juga:
Kota Bandung perpanjang PSBB hingga akhir Mei 2020
Polda Jawa Barat pantau pemudik di pos perbatasan
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020