Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto yang mewakili pemberian bantuan itu di Surabaya, Rabu mengatakan bantuan senilai Rp5 miliar tersebut disalurkan dalam bentuk APD di antaranya baju Hazmat, Shoe cover dan Surgical gown (baju unt operasi).
Sementara 10 RS di Jatim yang menerima bantuan itu masing-masing RS Umum Daerah Dr Muhamad Soewandhie Surabaya, RS Umum Adi Husada Kapasari Surabaya, RS Islam Surabaya Jemursari, RS Umum Citra Medika Sidoarjo, RS Umum Wonolangan Probolinggo, RS Umum Daerah Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan, RS Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen, RS Umum Pusdik Polri Porong, RS Umum Daerah Simpang Gumul Kediri dan RS Umum Mas'ud.
Baca juga: Surabaya bantah tidak bantu alat medis di rumah sakit rujukan
Adik mengatakan, bantuan ini adalah inisiatif dari pengusaha yang tergabung dalam Kadin Indonesia, untuk ikut berpartisipasi membantu Rumah Sakit yang menjadi ujung tombak penanganan COVID-19.
"Bantuan ini kami rupakan APD karena kebutuhan rumah sakit sangat tinggi. Ini untuk membentengi para tenaga medis, baik dokter maupun perawat dalam menunaikan tugas mulia mereka merawat pasien COVID-19," kata Adik, kepada wartawan.
Ia menjelaskan, Kadin khususnya Jatim memiliki komitmen tinggi dalam penanggulangan pandemi COVID-19. Bantuan yang diberikan tidak akan selesai hanya disini saja, tetapi ini akan berlanjut.
"Nanti akan kami salurkan lagi APD ke beberapa rumah sakit yang lain serta bantuan sembako kepada masyarakat yang terdampak. Intinya kami akan terus melakukan upaya penanganan COVID-19," ujarnya.
Baca juga: Kemensos selesaikan BST tahap satu Kabupaten Bekasi dalam empat hari
Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim, Samsul Arifin sekaligus Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) A. Yani Surabaya mengatakan kebutuhan APD bagi rumah sakit memang sangat tinggi, hal ini seiring dengan kian melonjaknya jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut.
"Tiap RS berbeda-beda, tetapi rata-rata kebutuhannya sangat besar. Dalam sebulan, biaya untuk pembelian APD ini bisa mencapai Rp250 juta hingga Rp1 miliar. Oleh karena itu, dengan adanya bantuan dari Kadin ini kami sangat terbantu dan kami ucapkan terima kasih," kata Samsul.
Samsul mengatakan, selama ini RS memang banyak kecolongan dengan keberadaan pasien COVID-19 tanpa gejala (OTG). Pasien tersebut masuk sebagai pasien biasa ke klinik atau poli dan opname di ruangan pasien biasa. Setelah itu pasien OTG ini baru menunjukkan gejala batuk.
"Dan ketika kami rapid tes hasilnya reaktif, hasil swab pun menunjukkan positif. Inilah yang mengakibatkan tenaga medis kita banyak yang tertular. Di Surabaya saja, tenaga medis yang tertular mencapai lebih dari 100 orang," terangnya.
Untuk itulah, kata Samsul, Pemerintah Kota Surabaya kini mengharuskan pasien yang akan melakukan MRS ataupun operasi harus screening COVID-19. "Walaupun harus mengeluarkan biaya lagi tidak mengapa karena langkah ini untuk melindungi tenaga medis. Dan pastinya, kebutuhan APD menjadi semakin tinggi," katanya.
Baca juga: Gugus tugas pusat kerahkan bantuan untuk penanganan COVID-19 di Jatim
Baca juga: BI beri bantuan alat kesehatan senilai Rp13,75 miliar
Baca juga: Kemensos apresiasi penyelesaian data bantuan ganda di Indramayu
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020