Menurut Pinterest, pencarian nama tie-dye meningkat 462 persen dalam beberapa minggu terakhir. Kemungkinan ini terjadi lantaran orang ingin mengusir kebosanan dan memberikan sedikit warna untuk koleksi pakaian.
Dilansir Independent, Kamis, platform fesyen Lyst juga mencatat ada kenaikan sebesar 104 persen untuk pencarian tie-dye pada kata kunci tie-dye pada bulan lalu.
Tie-dye sendiri merupakan teknik mewarnai dengan cara mengikat kain sebelum dicelupkan pada pewarna. Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde (Palembang), tritik atau jumputan (Jawa), serta sasirangan (Banjarmasin).
Baca juga: Pelindung diri dan bergaya, desainer China buat masker berbahan sutra
Baca juga: "Designers Give Back", cara desainer dukung tenaga medis saat COVID-19
Namun kebanyakan orang menyebut tie-dye sebagai motif. Motif seperti tie-dye ini kemudian di print pada kain-kain berbagai materi.
Teknik tie-dye sendiri bukanlah hal baru. Ini sudah ada sejak 4000 SM. Merek-merek mewah juga sudah menggunakan teknik ini dalam pewarna seperti Art Dealer dan Faithfull The Brand.
Popularitas tren tie-dye kemungkinan didorong oleh nostalgia pada masa-masa yang lebih sederhana atau pun karena warna-warnanya yang cerah dan cocok untuk musim panas, bahkan Bella Hadid dan Victoria Beckham pun menggunakannya.
Motif tie-dye juga sempat terlihat pada koleksi spring/summer dari Dior, Alberta Ferretti, Oscar de la Renta dan Fyodor Golan. Koleksi tie-dye juga dapat ditemukan di H&M, Topshop dan gerai busana lainnya sebagai penanda musim baru.
Koleksi tersebut tak hanya berupa T-Shirt atau pun dress tetapi juga berupa topi, sepatu, tas serta ikat rambut bahkan motif ini dicetak pada kain mewah seperti satin.
Baca juga: Trio kakak beradik luncurkan koleksi baru Labeltiga
Baca juga: "Tie dye" motif andalan koleksi kolaborasi 88rising x Guess
Baca juga: Busana motif tie-dye diprediksi jadi tren musim panas
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020