• Beranda
  • Berita
  • Protes meluas di Minneapolis pascadugaan pembunuhan rasial oleh polisi

Protes meluas di Minneapolis pascadugaan pembunuhan rasial oleh polisi

29 Mei 2020 12:33 WIB
Protes meluas di Minneapolis pascadugaan pembunuhan rasial oleh polisi
Polisi mencoba mengendalikan para pengunjuk rasa yang berdemo di dekat kantor polisi Minneapolis setelah seorang polisi kulit putih tertangkap kamera video ketika menekankan lututnya ke leher pria Afrika-Amerika George Floyd, yang kemudian meninggal dunia di rumah sakit, di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Rabu (27/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Eric Miller/aww.

Tolong, saya tidak bisa bernapas

Para pengunjuk rasa kembali bentrok dengan polisi antihuru-hara yang menembakkan gas air mata pada malam kedua di Minneapolis, Rabu (27/5).

Aksi unjuk rasa itu dilakukan sebagai bentuk pencurahan kemarahan atas kematian seorang pria kulit hitam, yang dalam video yang beredar luas terlihat kesulitan bernapas saat seorang polisi kulit putih menekan lehernya dengan lutut.

Video itu, yang direkam oleh seorang saksi pada Senin (25/5) malam, menunjukkan George Floyd (46) yang sedang terbaring telungkup dan diborgol. Ia terdengar mengerang minta tolong dan berulang kali mengatakan, "tolong, saya tidak bisa bernapas," sebelum kemudian tidak bergerak.

Demonstrasi hari kedua pada Rabu waktu setempat itu, yang disertai dengan penjarahan dan vandalisme, dimulai hanya beberapa jam setelah Wali Kota Minneapolis Jacob Frey mendesak jaksa penuntut untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap polisi kulit putih yang terlihat menindih Floyd di jalan.

Floyd, yang tidak bersenjata dan dilaporkan dicurigai mencoba menggunakan uang palsu di sebuah restoran, dibawa dengan ambulans dari lokasi penangkapannya dan dinyatakan meninggal pada malam yang sama di sebuah rumah sakit.

Polisi, yang terlihat menginjakkan lututnya di leher Floyd, beserta tiga rekannya yang terlibat dipecat dari departemen kepolisian pada Selasa (26/5) ketika FBI membuka penyelidikan.

Ratusan pengunjuk rasa, banyak dengan wajah tertutup, memadati jalan-jalan di sekitar kantor polisi pada Rabu malam, sekitar setengah mil dari tempat Floyd ditangkap, seraya meneriakkan, "Tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian" dan "Saya tidak bisa bernapas."

Kerumunan bertambah menjadi ribuan ketika malam tiba dan protes berubah menjadi konflik di luar stasiun. Di lokasi itu, para polisi dengan pakaian antihuru-hara membentuk barikade. Sementara itu, para pengunjuk rasa mengejek mereka dari balik barikade darurat yang mereka bangun sendiri.

Polisi, beberapa di antaranya berjaga di atap-atap rumah, menggunakan gas air mata, peluru plastik, dan granat penghilang kesadaran untuk mengamankan keramaian. Para pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu dan proyektil lainnya. Beberapa orang melemparkan tabung gas air mata ke arah petugas.

Gambar-gambar berita televisi dari sebuah helikopter di atas daerah itu memperlihatkan lusinan orang menjarah toko Target lalu kabur dengan pakaian dan kereta belanja penuh barang curian.

Kebakaran terjadi setelah gelap di beberapa lokasi kegiatan ekonomi, termasuk toko onderdil mobil. Saksi mata mengatakan kobaran api tampaknya disebabkan oleh para pelaku pembakaran. Media mengatakan protes yang lebih kecil dan damai diadakan di luar rumah salah satu petugas kepolisian.

Sumber: Reuters

Baca juga: Dephan AS: Kasus kematian George Floyd 'prioritas utama'

Baca juga: Perempuan Texas tewas tertembak oleh polisi

Baca juga: Jaksa Mexico selidiki penembakan migran Amerika Tengah oleh polisi


 

Dua petugas medis COVID-19 Intan Jaya ditembak KKB

Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020