"Bila diterapkan secara baik dan benar, TPK, yang merupakan vaksinasi pasif, dapat berperan sebagai pengobatan dan pencegahan. Penerapan TPK yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas secara bermakna, bahkan dapat digunakan sebagai sarana proteksi sampai vaksinasi aktif ada dan dapat digunakan," ujar Theresia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Doni imbau pasien sembuh COVID-19 donorkan plasma darah
Theresia yang saat ini menempuh program Magister Manajemen dan MARS di Universitas Pelita Harapan itu menjelaskan TPK merupakan cara terapi yang sudah lama ditemukan dan bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit akibat virus, tetapi tidak begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin.
TPK tersebut pernah diterapkan untuk mengatasi wabah SARS, Ebola, H1N1 dan MERS, hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa TPK pada penyakit-penyakit tersebut memberikan hasil yang cukup baik terutama bagi pasien dengan gejala berat sampai kritis.
TPK merupakan pemberian plasma dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh kepada pasien COVID-19 yang masih menderita sakit, sehingga antibodi (kekebalan) dalam plasma pasien yang sembuh dapat membantu pasien yang masih sakit untuk sembuh.
Baca juga: KSAD bahas perkembangan terapi plasma untuk pasien COVID-19
Theresia merupakan inisiator yang menyampaikan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk penerapan TPK di seluruh Indonesia. Atas usahanya, Theresia mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), yang secara seremonial dilakukan panitia MURI dalam program daring pada 2 Juni 2020.
Ia juga menerbitkan buku "Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalesen Bagi Pasien COVID-19 di Indonesia", yang diluncurkan pada 6 April 2020 dan saat ini telah digunakan sebagai acuan dasar TPK di rumah sakit rujukan pemerintah dan swasta yang menangani pasien COVID-19 di seluruh Indonesia.
Salah satu rumah sakit yang akan menerapkan TPK adalah Siloam Hospital Lippo Village beserta jaringannya.
Theresia menambahkan ilmu manajemen yang diperoleh dari pendidikan di UPH sangat berguna dalam melakukan pendekatan dan koordinasi dengan rumah sakit rujukan dan pusat pendidikan sejak awal ia mengajukan TPK itu.
Baca juga: Eijkman: terapi plasma konvalesen diterapkan di RSPAD Gatot Soebroto
Baca juga: Dokter: Plasma darah untuk terapi COVID-19 tidak diperjualbelikan
"llmu manajemen dalam medis sangat penting. Banyak tenaga medis yang kompeten di bidangnya dan membutuhkan ilmu manajemen agar kian berkembang dan bisa bersaing di dunia Internasional. Proses pendidikan di UPH sangat fleksibel dan cocok bagi tenaga medis yang memiliki keterbatasan waktu. Para pembimbing yang profesional dan kompeten sangat mengakomodasi keterbatasan waktu saya, sehingga di tengah kesibukan tetap semangat menempuh kuliah di UPH,” katanya.
Saat ini sudah ada delapan RS yang melaksanakan TPK secara bervariasi, mulai dari pengumpulan plasma sampai pemberian plasma.
Dia berharap buku perdana "Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalen" yang disusun bersama tim dari berbagai disiplin ilmu itu dapat bermanfaat sebagai buku pedoman dan acuan bagi setiap pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia dalam melaksanakan TPK, sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien COVID-19.
Baca juga: Pakar: Terapi plasma darah COVID-19 menjanjikan
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020