Kalangan akademisi menilai di tengah pandemi COVID-19, program pelatihan Kartu Prakerja bisa menjadi solusi untuk menciptakan wirausahawan mandiri baru apalagi peluang tersebut terbuka bagi semua masyarakat dengan berbagai keahlian.membludaknya minat masyarakat untuk mendaftar dan mengikuti pelatihan menjadi indikator bahwa Kartu Prakerja sebagai solusi untuk meningkatkan ketrampilan di tengah berbagai keterbatasan.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Prof Dr Candra Fajri Ananda di Jakarta, Rabu, mengatakan, membludaknya minat masyarakat untuk mendaftar dan mengikuti pelatihan menjadi indikator bahwa Kartu Prakerja sebagai solusi untuk meningkatkan ketrampilan di tengah berbagai keterbatasan.
Ada 2.000 jenis keahlian yang berpotensi mendorong lahirnya kreativitas dan jenis usaha baru pascakrisis akibat keterbatasan kerja di sektor formal.
Baca juga: Pelatihan Kartu Prakerja diharapkan beri materi hadapi "new normal"
Saat ini dari sekitar 10,4 juta pendaftar, terdapat 680.000 peserta dengan 350 peserta sudah tuntas menyelesaikan pelatihan.
"Jumlah yang tidak sedikit ini menunjukkan program prakerja diminati masyarakat sebagai sarana meningkatkan ketrampilan, mendorong mental mandiri sekaligus Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang mampu meredam gejolak ekonomi akibat pandemik COVID-19," katanya.
Candra Fajri mengakui masih ada pro dan kontra di masyarakat terkait program Kartu Prakerja. Hal itu bentuk kepedulian banyak pihak agar program tersebut punya dampak keberhasilan yang besar, jelas dan terukur.
Baca juga: IGJ: Efektivitas Kartu Prakerja perlu terukur jelas
Oleh karena itu ke depan, lanjutnya, program kartu prakerja tidak hanya berhenti hanya sebatas pelatihan saja namun perlu ada program lanjutan.
Menurut dia, program Kartu Prakerja harus dikembangkan dengan modifikasi program lanjutan lain misalnya pemberdayaan masyarakat melalui program modal kerja, penerbitan regulasi atau perizinan bagi usaha baru dan sebagainya.
"Tujuannya agar perbaikan ekonomi masyarakat bisa terealisasi lebih cepat melalui kemampuan peningkatan kreativitas masyarakat," katanya.
Baca juga: Pengamat: Tantangan Kartu Prakerja adalah keselarasan dengan perikanan
Sementara itu pengamat kebijakan publik Achmad Nur Hidayat menilai, saat ini Kartu Prakerja bisa menjadi program unggulan karena didesain dengan mengadopsi kelas online pembelajaran jarak jauh yang bisa diterapkan dalam masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dan Social Distancing atau penjarakan sosial.
Selain itu, dalam fitur Kartu Prakerja ada insentif Rp600.000 per bulan yang bisa menjadi bantalan jaminan sosial terutama bagi tenaga kerja yang terpaksa menganggur dan masyarakat korban PHK.
Menurut dia, insentif senilai Rp600.000 sebanyak empat kali atau sekitar Rp2,4 juta cukup membantu di tengah kondisi emergency akibat pandemi COVID-19, apalagi memasuki masa new normal, kemungkinan banyak pengusaha merumahkan pegawainya.
"Dalam masa-masa sulit seperti saat ini, para pekerja yang dirumahkan atau korban PHK bisa meningkatkan kemampuan untuk memasuki dunia kerja baru atau meningkatkan kreativitas karena pastinya akan ada perubahan paradigma dalam bekerja," kata Achmad Nur Hidayat.
Dia juga mengharapkan, ke depan perlu ada standarisasi sertifikasi Kartu Prakerja agar penerima manfaat mendapatkan sertifikasi yang diakui dunia kerja.
"Jika perekonomian membaik mereka bisa menjadi lapisan pertama yang diprioritaskan di dunia kerja," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020