• Beranda
  • Berita
  • PDUI NTT minta pemerintah dan rakyat hargai petugas medis

PDUI NTT minta pemerintah dan rakyat hargai petugas medis

5 Juni 2020 16:59 WIB
PDUI NTT minta pemerintah dan rakyat hargai petugas medis
Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Nusa Tenggara Timur (NTT), dr. Teda Littik (ANTARA/Bernadus Tokan)
Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Nusa Tenggara Timur (NTT) dr Teda Littik meminta kepada pemerintah dan rakyat, untuk menghargai para petugas medis yang berada di garda depan dalam penerapan normal baru.

"Sebagai Ketua PDUI NTT, saya mohon kepada pemerintah dan rakyat agar menghargai para petugas medis dengan patuh pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan," kata Teda Littik kepada ANTARA di Kupang, Jumat.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan rencana Pemerintah NTT menerapkan normal baru mulai 15 Juni, dan perhatian terhadap petugas medis jika dalam pelaksanaan normal baru terjadi peningkatan kasus.

Baca juga: LSI Denny JA rumuskan enam strategi hadapi normal baru
Baca juga: Kisah dokter muda Indonesia di garis depan COVID-19 di London
Baca juga: Kemenkeu belum kantongi data tenaga medis daerah untuk insentif


Menurut dia, konsekwensi dari penerapan normal baru adalah jikalau masyarakat tidak patuh pada protokol kesehatan, maka yang akan menanggung bebannya adalah sektor pelayanan kesehatan.

Dia mengatakan, tenaga medis menjadi 'overwork' dan ini membahayakan mereka karena itu, pemerintah perlu mempersiapkan secara baik, apakah itu faskes dan tenaga medisnya.

"Jadi perlu diperhatikan status kesehatan tenaga medis. Harus dipantau secara berkala. APD harus siap memadai dan kesejahteraan mereka harus menjadi poin utama agar jangan setelah mereka berjibaku lalu kemudian mereka menjadi OTG, ODP atau PDP," katanya.

Dia juga mengharapkan agar tenaga medis dengan faktor risiko seperti mempunyai komorbid atau penyakit yang memang sudah ada dideritanya seperti diabetes, hamil, usia diatas 50 tahun perlu dipertimbangkan waktu kerja dan risiko kerja di saat normal baru nanti.

Mengenai pelacakan kontak, dia mengatakan, masih kurang sekali karena berkaitan dengan kemampuan daerah melakukan tes secara cepat demi melacak kontak dengan pasien positif.

"Sebagaimana syarat ke-3 dari WHO tentang kesanggupan 'contact tracing' saya kira ini yang masih kurang sekali karena menyangkut dengan kemampuan kita melakukan tes secara cepat demi melacak kontak dengan pasien positif," katanya menjelaskan. 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020