Dengan EBT ini selain green yang kita peroleh, kita menuju ke ketahanan energi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di negara kita, bukan impor
Pemerintah bersama PT PLN (Persero) telah merencanakan strategi untuk memenuhi aspek energy sustainability dengan memanfaatkan dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), khususnya potensi energi setempat di suatu daerah secara lebih luas.
"Ke depan banyak tantangan yang kita hadapi dalam pengembangan EBT ini terutama untuk meningkatkan share EBT di dalam bauran energi kita. Dengan EBT ini selain green yang kita peroleh, kita menuju ke ketahanan energi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di negara kita, bukan impor," ujar Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu di Jakarta, Rabu.
Kebijakan bauran EBT 23 persen ini telah diimplementasikan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 yang menjadi dasar penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD), maupun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028.
Menurut dia, pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan menjadi penting, karena saat ini untuk menuju ketahanan energi Indonesia perlu pemanfaatan energi setempat yang bersih. Selain itu, pembiayaan pembangunan proyek berbasis energi fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara juga sudah dihentikan oleh negara-negara pemberi modal.
Jisman menyampaikan EBT banyak berada di daerah-daerah remote di kepulauan yang belum terlistriki karena belum bisa dimasukkan dalam jaringan PLN. Total ada 433 desa di Indonesia yang belum mendapatkan listrik.
"Kita coba menyalakan tahun ini. Karena desa-desa ini scattered (tersebar), maka diperlukan teknologi karena tidak bisa extension grid dari PLN. Paling cocok di sana adalah dengan mengembangkan energi setempat, dengan EBT," katanya. Ia mencontohkan penggunaan energi surya dan air untuk melistriki desa-desa tersebut.
Jisman lalu menjelaskan strategi untuk mencapai target EBT 23 persen untuk masuk dalam bauran energi, "Contohnya, kita sudah memrogamkan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) untuk daerah bekas tambang. Ini sudah dibahas dan kemungkinan di RUPTL yang baru akan kita masukkan. Nanti juga akan ada banyak PLTS yang floating (terapung), sudah dimulai dengan 145 MWp Cirata. Ke depan akan ada banyak dam-dam (bendungan) yang kita gunakan untuk PLTS floating, juga ada PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu-red) Sidrap ekspansi, Sukabumi, dan lainnya,” katanya.
Baca juga: Pemerintah diminta optimalkan EBT perkuat ketahanan energi nasional
Baca juga: EBT penting untuk masa depan ketahanan energi nasional
Baca juga: Roro Esti: Implementasi EBT perlu dukungan regulasi yang kuat
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020