Keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan ORI ini mempunyai tenor tiga tahun dengan tanggal jatuh tempo 15 Juli 2023.
Pembukaan masa penawaran ORI017 dimulai pada Senin, 15 Juni dan masa penutupan pada Kamis, 9 Juli 2020.
Masyarakat dapat membeli obligasi ritel ini dengan minimum pemesanan Rp1 juta dan maksimum pemesanan Rp3 miliar.
Pemesanan dapat dilakukan melalui mitra distribusi secara daring melalui empat tahap yaitu pendaftaran, pemesanan, pembayaran dan penyelesaian atau konfirmasi.
Baca juga: Pandemi COVID-19 ubah perilaku masyarakat berinvestasi
Sebanyak 25 mitra distribusi tersebut antara lain 16 bank umum, empat perusahaan efek, tiga perusahaan efek khusus dan dua perusahaan teknologi berbasis finansial (tekfin) peer-to-peer lending.
Sebanyak 16 bank umum tersebut antara lain Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Maybank Indonesia dan Bank CIMB Niaga.
Kemudian, Bank Mandiri, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia, Bank UOB Indonesia, Bank Commonwealth, Bank Danamon Indonesia dan Bank Victoria International.
Baca juga: Menkeu: basis investor ORI mulai meluas
Sebanyak empat perusahaan efek antara lain Trimegah Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Selain itu tiga perusahaan efek khusus adalah Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale (Tanamduit) dan Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).
Terakhir dua perusahaan tekfin yaitu Investree Radhika Jaya (Investree) dan Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).
Sebelumnya pemerintah menerbitkan ORI016 pada Oktober 2019 dengan tingkat kupon 6,8 persen per tahun. Namun, penjualan obligasi ritel ini hanya menyerap Rp8,21 triliun dari target indikatif Rp9 triliun.
Baca juga: Pemerintah siap luncurkan ORI-017 tawarkan imbal hasil menarik
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020