Teknik menceritakan sebuah kisah atau story telling dianggap menjadi nilai tambah bagi wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi sehingga mampu menghidupkan suasana dalam meningkatkan pengalaman berwisata, terutama pada situs-situs warisan dunia seperti di Candi Prambanan.Anak-anak muda sekarang, kalau tidak bercerita dengan baik mereka cenderung akan bosan dan tidak mau berkunjung lagi
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani dalam keterangannya, Jumat, menjelaskan ilmu tentang teknik penyampaian nilai-nilai melalui story telling di media sosial dengan cara dan metode tertentu terbukti mampu menambah pengalaman berwisata dan menarik orang untuk mengunjungi suatu destinasi wisata.
"Melalui media ini, nilai-nilai tersebut dapat disampaikan secara naratif baik melalui visual, audio, photo caption, ataupun kombinasi tiga metode tersebut," kata Rizki Handayani.
Baca juga: Kemenparekraf: Pengusaha harus antisipasi perubahan besar minat wisata
Ia juga mengatakan kunci kesuksesan dari menghidupkan narasi dalam aktivitas pariwisata ini tidak lepas dari usaha untuk menyesuaikan arus psikologi pengunjung dengan aktivitas penceritaan.
"Anak-anak muda sekarang, kalau tidak bercerita dengan baik mereka cenderung akan bosan dan tidak mau berkunjung lagi. Untuk itu, narasi yang dibangun melalui story telling yang baik, akan mampu memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, menambah pengalaman berkunjung wisatawan, hingga membangun rasa penasaran bagi orang-orang untuk mengunjungi situs-situs tersebut," ujarnya.
Rizki sempat berbicara dalam saat Webinar Wisata Heritage dengan tema "Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia dengan Gaya Bercerita Millenial" Kamis (11/6).
Baca juga: Kemenparekraf tetapkan 6 usaha pariwisata diujicoba jalani normal baru
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020