"Setelah dua bulan ditutup, masjid ini dibuka dengan mematuhi peraturan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan," kata Ketua Umum Yayasan Masjid Baiturrahman, Wanasari, Denpasar H Junaidi, di hadapan ratusan orang yang menjadi jamaah Shalat Jumat.
Baca juga: Ada pembatasan, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta uji coba shalat Jumat
Baca juga: 75 persen masjid di Jakarta sudah laksanakan shalat Jumat
Takmir Masjid Raya Baiturrahman itu menjelaskan jamaah Shalat Jumat di masjid raya itu biasanya mencapai 3.000-an orang yang memenuhi gedung lantai 1 hingga 3, namun saat menerapkan Normal Baru, jumlahnya dibatasi hanya 20 persen atau sekitar 500-600 orang.
"Jamaah juga dites suhu setiap masuk masjid, kalau di atas 37 derajat, dipersilakan pulang untuk shalat di rumah, namun jika tidak melampaui ketentuan protokol kesehatan, diperbolehkan shalat, namun jumlahnya juga dibatasi hanya 20 persen," katanya.
Bagi jamaah yang berasal dari luar Kampung Jawa diminta untuk mencuci tangan dengan sabun di kamar kecil atau tempat wudhu, setelah itu dites suhu dan dipersilakan masuk untuk shalat, namun pelaksanaan shalat juga berjarak 1 meter dengan jamaah lain.
Baca juga: Kemenag: Sejumlah masjid belum jalankan protokol kesehatan
"Untuk sementara juga tidak diperbolehkan bersalaman dengan jamaah lain, lalu tempat shalat juga diatur petugas agar menjaga jarak antar-jamaah. Seluruhnya juga diminta mengenakan masker dan disarankan membawa sajadah sendiri," katanya.
Sejumlah jamaah yang berasal dari Kampung Jawa menyatakan Masjid Baiturrahman itu sebelum dibuka untuk umum sebenarnya sudah 3-4 kali melaksanakan penerapan Normal Baru (protokol kesehatan) secara uji coba untuk masyarakat sekitar Kampung Jawa saja.
Selain itu, pembatasan peserta "Jumatan Normal Baru" itu dilaksanakan dengan membuka satu pintu di sisi timur yang dijaga petugas pelaksana tes suhu dan disemprot "hand sanitizer" (penyanitasi tangan), guna membatasi jumlah jamaah yang melaksanakan Shalat Jumat (20 persen).
Dalam khutbah Jumat itu, khotib menyampaikan tema khutbah yang juga terkait dengan wabah COVID-19 sebagai azab dan ujian dari Allah SWT kepada umat Islam dan umat manusia pada umumnya agar kembali kepada ajaran-NYA.
"Wabah COVID-19 itu sudah memapar banyak ahli kesehatan atau dokter, korban dari kalangan militer juga ada, bahkan wabah itu juga sudah masuk ke istana atau instansi pemerintahan, namun Al Quran menyebutnya azab kecil," kata khotib muda itu.
Baca juga: Kemenag akan evaluasi pelaksanaan Shalat Jumat selama pandemi COVID-19
Baca juga: Masjid di buka, selebritas bagikan pengalaman shalat Jumat pertama
Dalam Al Quran Surat Al-Waqi'ah, katanya, azab atau musibah yang besar adalah ketika bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung diluluhlantakkan sehancur-luluhnya, bagai debu yang beterbangan. "Itulah musibah besar atau kiamat," katanya.
Namun, katanya, wabah sebagai azab yang tidak seberapa besar itu memiliki dua hikmah yang besar, yakni wabah COVID-19 mengajarkan pentingnya siapapun untuk kembali (peduli) kepada keluarga dan kembali kepada (ajaran) agama agar manusia bisa selamat hingga akhir.
Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020