Toko-toko eceran nonkebutuhan utama di Inggris dapat kembali beroperasi pada Senin, usai ditutup selama 83 hari di bawah aturan karantina wilayah atau lockdown terkait pencegahan wabah virus corona di negara itu.Pembukaan kembali toko-toko pun bukan berarti bahwa COVID-19 telah berakhir... Bagi banyak orang, masih ada keraguan untuk pergi keluar rumah,
Perdana Menteri Boris Johnson memberlakukan lockdown mulai 23 Maret, kemudian secara bertahap sudah membuka kembali kegiatan perekonomian, misalnya untuk pasar luar ruangan dan gerai penjualan mobil per 1 Juni.
Kegiatan berbelanja masyarakat diyakini sebagai kunci pemulihan ekonomi Inggris, setelah data resmi pada Jumat (12/6) pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi negara menyusut hingga 25 persen pada Maret dan April.
Konsorsium Eceran Inggris menghitung kerugian yang dialami toko non-makanan mencapai 1,8 miliar poundsterling (setara Rp32 triliun) dalam sepekan.
Toko-toko diharuskan menerapkan protokol kesehatan dan regulasi pembatasan jarak fisik, sehingga para pelanggan akan mengantre di luar selagi menunggu para pelanggan lain masuk ke dalam toko dengan jumlah yang dibatasi.
Sejumlah perusahaan telah siap membuka semua toko mereka di Inggris, sementara sejumlah lainnya mengambil langkah pembukaan toko secara bertahap.
Misalnya pengelola usaha lini pakaian Primark, yang selama lockdown tidak juga menjalankan penjualan secara daring, menyebut akan membuka seluruh 153 toko mereka di Inggris.
Sedangkan Marks&Spencer, yang sempat berjualan daring dan tetap mengoperasikan gerai makanan semasa lockdown, hanya akan membuka sebagian besar saja dari usaha penjualan pakaian dan peralatan rumah milik mereka.
Bagaimanapun, pelaku industri juga masih mewaspadai perilaku konsumen di tengah pandemi yang masih berlangsung ini.
"Pembukaan kembali toko-toko pun bukan berarti bahwa COVID-19 telah berakhir... Bagi banyak orang, masih ada keraguan untuk pergi keluar rumah," kata John Bason, pimpinan keuangan Primark.
Sumber: Reuters
Baca juga: PM Inggris upayakan semua sekolah dibuka pada September
Baca juga: Satu dari lima pasien COVID-19 di Inggris tertular di rumah sakit
Baca juga: Dikritik soal waktu, PM Inggris : Penguncian berdasarkan bukti ilmiah
Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020