Seperti sudah diterapkan di Alun-Alun Utara dan Malioboro, penggunaan QR Code juga akan kami sarankan untuk seluruh pelaku wisata di Kota Yogyakarta.
Pemerintah Kota Yogyakarta meminta seluruh pelaku wisata di kota tersebut menerapkan QR Code untuk kepentingan pemantauan, di samping menyusun dan menerapkan protokol baru untuk mencegah potensi penyebaran virus COVID-19 dari sektor industri wisata.
“Seperti sudah diterapkan di Alun-Alun Utara dan Malioboro, penggunaan QR Code juga akan kami sarankan untuk seluruh pelaku wisata di Kota Yogyakarta,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.
Baca juga: Yogyakarta akan perbanyak titik QR Code untuk pendataan dan "tracing"
QR Code adalah kode matriks atau barcode dua dimensi yang berasal dari kata “Quick Response.
Menurut dia, penggunaan QR Code menjadi sangat penting karena berfungsi untuk mengetahui pergerakan orang sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk melacak jika suatu saat muncul kasus baru penularan COVID-19 di masyarakat.
“QR Code ini bisa ditempatkan di destinasi wisata, toko oleh-oleh hingga seluruh pendukung industri wisata lain,” katanya.
Selain digunakan untuk membantu upaya melacak jika terjadi kasus baru, QR Code tersebut akan dikembangkan sebagai alat promosi bisnis dari seluruh pelaku wisata di Kota Yogyakarta.
“Setelah kasus COVID-19, kami akan mencoba meningkatkan ‘benefit’ penggunaan QR-Code sebagai platform promosi wisata, misalnya memberikan informasi mengenai promosi wisata ke wisatawan yang datang ke Yogyakarta,” katanya yang menyebut sudah memperoleh dukungan dari banyak pelaku wisata untuk penggunaan QR Code tersebut.
Baca juga: MRT dorong pengguna pakai "QR Code" untuk bayar tiket
Di Malioboro, setiap wisatawan diminta memindai QR Code dan memasukkan data diri berupa nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Selain penggunaan QR Code untuk menghadapi tatanan kenormalan baru, Heroe juga menginginkan seluruh pelaku wisata untuk memiliki protokol baru yang tegas sebagai upaya mencegah penularan virus corona.
“Untuk operasional tempat wisata, perlu dilihat bagaimana kesiapan destinasi wisata dan bagaimana mereka mampu memberikan jaminan keamanan bagi wisatawan yang datang. Sifatnya pengajuan dari destinasi wisata,” katanya.
Heroe mengatakan, persiapan objek wisata untuk menerapkan protokol baru tidak boleh dilakukan terlambat karena saat ini sudah banyak masyarakat yang ingin mengunjungi tempat wisata yang ada di sekitar mereka.
Sementara itu, Kepala Bidang Atraksi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Edi Sugiharto mengatakan, menyiapkan simulasi penerapan protokol baru di sejumlah destinasi wisata dan usaha jasa pariwisata.
Baca juga: Kios pedagang di pasar Tangerang dipasangi QR code permudah pembayaran
Di Kota Yogyakarta, simulasi rencananya dilakukan di Taman Pintar, sedangkan untuk usaha jasa pariwisata dilakukan di dua hotel dan dua restoran.
“Pemilihan dilakukan berdasarkan koordinasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia serta kesiapan masing-masing lokasi,” katanya.
Sejumlah protokol kesehatan yang wajib diterapkan, lanjut Edi, mengacu pada prinsip “clean health safety”, seperti mengenakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020