• Beranda
  • Berita
  • Inditex "Zara" akan tutup 1.200 tokonya di seluruh dunia

Inditex "Zara" akan tutup 1.200 tokonya di seluruh dunia

15 Juni 2020 16:07 WIB
Inditex "Zara" akan tutup 1.200 tokonya di seluruh dunia
Ilustrasi manekin di pusat perbelanjaan (Pixabay)
Inditex, perusahaan mode multinasional asal Spanyol yang menaungi label fesyen Zara, akan menutup 1.200 toko ritelnya di seluruh dunia.

Selain Zara, perusahaan fesyen yang mengoperasikan lebih dari 7.000 toko di seluruh dunia ini juga menaungi merek lain seperti Zara Home, Massimo Dutti, Bershka, Pull and Bear dan Oysho.

Independent melaporkan pada bulan Maret, perusahaan ini mengumumkan berniat untuk menutup 3.785 toko secara global setelah pandemi virus corona menyebabkan angka penjualan di toko ritel mengalami penurunan.

Tiga bulan kemudian, perusahaan ini merilis pernyataan yang menjelaskan rencananya untuk meningkatkan penjualan secara online, namun dalam prosesnya ratusan toko ritel akan ditutup sebagai bagian dari rencana ini.

Dari 7.412 toko ritel besar yang ada di seluruh dunia, Inditex berencana untuk mempertahankan 6.900 toko, namun membuka 450 toko baru yang semuanya dilengkapi dengan teknologi daring untuk penjualan, sehingga menyerap 1.000 hingga 1.200 toko berukuran lebih kecil.

Kendati demikian, selama kuartal pertama 2020 antara 1 Februari hingga 30 April, penjualan Inditex turun hingga 44 persen, sementara 88 persen tokonya masih tetap tutup.

Selama kuartal pertama, perusahaan mencatat kerugian bersih hingga 409 juta euro atau sekira Rp6,5 triliun. Namun penjualan secara daring dikatakan Inditex mengalami peningkatan hingga 50 persen.

"Perusahaan telah memutuskan untuk membuat provisi sebesar 308 juta euro (sekira Rp4,9 triliun) terkait dengan pelaksanaan rencana untuk meningkatkan toko online dan lebih lanjut mengintegrasikannya dengan toko ritel," kata Inditex dalam pernyataanya.

Perusahaan itu juga menyatakan bahwa penjualan toko ritel telah pulih secara bertahap, sejak kembali di buka pada kuartal kedua "dengan pasar-pasar tertentu yang menonjol seperti Cina, Korea Selatan dan Jerman," Independent dikutip Senin.


Baca juga: Kiat bagi pelaku industri mode jelang fase normal baru

Baca juga: Michael Kors tak akan ikut New York Fashion Week

Baca juga: Tren fashion saat normal baru

 

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020