"ASN harus mengubah pola pikir karena masyarakat yang dilayani semakin cerdas dengan tuntutan yang beragam," kata Sultan dalam program #SultanMenyapa Jilid 9 dengan judul "Hidupkan Birokrasi yang Melayani" di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Sultan, COVID-19 mengubah keteraturan menjadi kekacauan. Meski demikian, memiliki dampak positif yakni pergeseran peradaban yang mengubah perilaku dengan menumbuhkan budaya bersih, peduli lingkungan, belajar disiplin, menguji rasa kemanusiaan dan semangat kegotongroyongan, juga menyadarkan manusia tentang makna kehidupan yang lebih hakiki.
Baca juga: Sultan HB X: Tanpa kesadaran masyarakat normal baru sulit diterapkan
Oleh karena itu, menurut Sultan, sebagai konsekuensinya ASN juga harus melakukan berbagai penyesuaian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Ia menyebutkan di DIY Reformasi Birokrasi telah digulirkan sejak Maklumat Nomor10 Tahun 1946 tentang Perubahan Pangreh Pradja ke Pamong Pradja. Esensinya bukan sekadar istilah, tetapi juga mengubah tata pemerintahannya, dari abdi negara ke abdi masyarakat.
"Di sanalah sumber filosofi ASN itu, dari 'dilayani' menjadi 'melayani'. Mereka bukan sekadar kerumunan pekerja kantoran, tapi insan peradaban sarat empati," kata Raja Keraton Yogyakarta itu.
Dalam kondisi saat ini, menurut Sultan, ASN dituntut untuk melakukan lompatan pemikiran secara cepat di tengah proses perubahan yang ada.
Baca juga: Sultan HB X tidak ingin ada gelombang kedua COVID-19 saat normal baru
"Tak ada jeda untuk memulihkan tenaga, karena proses perubahan itu sendiri menjadi lomba adu cepat dan asah cerdas. Mereka yang terlalu lama menjalani proses itu dan berlaku bimbang, bisa menjadi pecundang. Lebih buruk lagi, tak dapat turut serta dalam perjalanan," kata dia.
Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY Ditya Nanaryo Aji menjelaskan #SultanMenyapa Jilid 9 dengan judul "Hidupkan Birokrasi yang Melayani" mengusung pesan bahwa ASN sebagai garda birokrasi harus ikut belajar untuk memutakhirkan pengetahuan dan strategi menghadapi era normal baru yang mau tidak mau harus dilalui.
"ASN harus benar-benar memahami konsep 'memasuh malaning bumi', yaitu merawat dan melanjutkan kehidupan dengan modal sosial 'mangasah mingising budhi' dengan mau belajar dan menjadi insan berilmu dan bernurani," kata dia.
Baca juga: Sultan HB X: Ekonomi dan protokol kesehatan saling melengkapi
Ia mengatakan tatanan normal baru dapat diibaratkan sebagai upaya membangun kembali jalan peradaban sehingga berbagai kendala harus disikapi sebagai peluang untuk belajar dan berinovasi.
"Seluruh pihak harus logis dan cerdas menyikapi tatanan baru yang akan dilalui. Perlu berpikir multidimensional, tinggalkan ego sektoral, dan bangun kerja bersama lintas sektor dan lintas ekosistem. Tepikan kompetisi, dan mulai untuk berkolaborasi," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020