• Beranda
  • Berita
  • Orang tua siswa sarankan sekolah di zona hijau tetap secara daring

Orang tua siswa sarankan sekolah di zona hijau tetap secara daring

17 Juni 2020 19:21 WIB
Orang tua siswa sarankan sekolah di zona hijau tetap secara daring
Sejumlah orang tua siswa menunggu anak-anak mereka di depan ruang kelas sekolah di Jakarta, Senin (15/7/2019). (ANTARA/Katriana)
Sejumlah orang tua siswa menyarankan agar pembelajaran tahun ajaran 2020/2021 di zona hijau tetap dilakukan secara daring di tengah pandemi COVID-19 karena masih ada kemungkinan risiko penularan dari murid yang berasal dari zona lainnya.

"Artinya kalau Kemendikbud mau membuka zona hijau itu kembali belajar tatap muka, itu masih juga membawa risiko. Risikonya adalah karena tidak semua peserta didik itu berasal dari zona hijau tersebut," kata Bambang, salah satu wali murid asal Jakarta Selatan, ketika dihubung ANTARA Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan ketentuan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang memungkinkan siswa bersekolah di luar zona tempat tinggalnya dengan melalui jalur prestasi memungkinkan risiko penularan jika suatu zona yang dianggap telah aman dari COVID-19 akan melanjutkan pembelajaran secara tatap muka.

Baca juga: Mendikbud: Selain di zona hijau, sekolah dilarang tatap muka

"Karena ada jalur prestasinya. Jadi masih banyak yang lintas wilayah gitu, lintas kecamatan, lintas kelurahan," katanya.

Sebagai orang tua wali murid, dirinya masih merasa khawatir jika proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka di tengah pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung.

Selain itu, pembelajaran secara daring juga menurut dia masih bisa berjalan efektif jika didukung oleh sarana belajar yang memadai.

"Untuk memenuhi kebutuhan sarana itu kita bisa menggunakan dana BOS. Jadi dana BOS bisa digunakan untuk membantu siswa dan guru beli kuota internet. Jadi (masalah) itu bisa teratasi," ujarnya.

Senada dengan Bambang, Astuti, orang tua siswa asal Jawa Tengah, juga menyarankan agar pembelajaran tahun ajaran baru dilakukan secara daring karena masih banyak warga yang mengabaikan protokol kesehatan.

Baca juga: Di Riau, hanya Rokan Hilir diizinkan sekolah tatap muka

"Jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih banyak yang tidak menaati protokol kesehatan untuk pakai masker, jaga jarak dan perilaku hidup bersih lainnya," kata dia.

Selain itu, ia juga menganggap bahwa penularan penyakit COVID-19 masih dapat terjadi meski suatu masyarakat berada di zona yang dianggap masih aman dari wabah itu.

"Pergerakan masyarakat saat ini sudah sangat sulit dikendalikan. Jadi orang-orang di zona hijau juga masih mungkin tertular COVID-19," katanya.

Sementara itu, wali murid asal Bekasi, Jawa Barat, Prihartono, juga sepakat agar proses belajar mengajar secara tatap muka sebaiknya dilakukan ketika wabah COVID-19 sudah dapat dikendalikan.

Pasalnya, saat anak-anak kemungkinan tertular virus SARS-CoV-2, penyebab wabah COVID-19, mereka cenderung tidak menunjukkan gejala, sehingga guru menganggap proses belajar mengajar dapat dilanjutkan, sementara penularan terus berlangsung selama proses tersebut.

Ia khawatir jika pembelajaran secara tatap muka tetap dilakukan, hal itu akan memicu terbentuknya klaster penularan baru di lingkungan yang sebelumnya dianggap aman.

Baca juga: Keputusan Mendikbud terkait pembelajaran selama pandemi dinilai tepat
Baca juga: Survei FSGI : 21,3 persen sekolah siap dibuka kembali
Baca juga: FSGI sebut sarana prasarana kendala pembukaan sekolah

Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020