Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kota Surabaya menjelaskan adanya perbedaan data kasus positif COVID-19 yang dikeluarkan pihaknya dengan data yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Provinsi Jatim.Beberapa hari terakhir data terkonfirmasi COVID-19 warga Surabaya yang diterimanya dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah ditelusuri (tracing) ternyata tidak sesuai fakta di lapangan
Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya drg Febria Rachmanita, di Surabaya, Kamis, mengatakan adanya perbedaan data antara Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Gugus Tugas Kota Surabaya karena ada nama maupun alamat yang ganda.
"Jadi pernah saya dapat angka 280 warga terkonfirmasi positif dari provinsi. Tapi setelah kita teliti ternyata hanya 100. Setelah kita cek dan lihat di lapangan ternyata (sisanya) itu bukan orang Surabaya. Sudah ditelusuri oleh puskesmas orangnya tidak ada di tempat alamat itu," katanya.
Selain itu, ia juga menyatakan bahwa beberapa hari terakhir data terkonfirmasi COVID-19 warga Surabaya yang diterimanya dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah ditelusuri (tracing) ternyata tidak sesuai fakta di lapangan.
Ia mencontohkan pada 14 Juni 2020, data yang diterima sebanyak 180 kasus positif warga Surabaya, namun setelah dicek di lapangan hanya 80 orang. Kemudian, pada 15 Juni 2020, data yang diterima 280 orang dan setelah dicek hanya 100 dan pada 16 Juni 2020 menerima data 149 kasus terkonfirmasi setelah dicek 64 orang.
"Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi, puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada," katanya.
Bahkan,lanjut dia, ada pula data yang setelah ditelusuri ternyata orang itu sudah tidak tinggal domisili di Surabaya, meski masih menggunakan KTP Surabaya. "Ada juga dia pakai alamat KTP saudaranya di Surabaya, padahal orangnya tinggalnya di luar kota. Dia ke sini (Surabaya) berobat pakai alamat kakaknya dan itu sering terjadi," katanya.
Meski data Gugus Tugas Provinsi Jatim dan Surabaya tidak sinkron, namun ia menyatakan bahwa pihaknya akan terus bekerja keras untuk menangani dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
"Kita kerja sesuai dengan tupoksi dan kita terus menangani COVID-19 dengan kerja keras. Tidak hanya rumah sakit, warga masyarakatnya pun membentuk Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo," katanya.
Untuk itu, kata dia, ke depan pihaknya akan terus memasifkan penelusuran serta tes massal, baik "rapid test" maupun tes swab (usap). Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah ada penambahan kasus terkonfirmasi atau tidak.
"Belum tentu yang sedikit (confirm) itu di luar tidak ada kasus. Tapi kalau memang tidak melakukan pemeriksaan bagaimana bisa tahu," katanya.
Febria Rachmanita yang juga Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya ini juga menjelaskan sejak awal Mei menerima menerima bantuan alat rapid test, pihaknya telah melakukan rapid test sebanyak 66.522 orang. Sedangkan pemeriksaan swab hingga saat ini sudah mencapai sekitar 9.304 orang.
"Jadi sudah sangat banyak, karena masyarakat Surabaya itu betul-betul dia sadar ingin memeriksakan diri, tidak perlu dipaksa-paksa. Untuk rapid test dan swab test mereka itu betul-betul antusias," katanya.
Baca juga: Lampaui angka 4.000 orang jumlah pasien COVID-19 di Surabaya
Baca juga: Peneliti Unair temukan potensi Stem Cell sebagai obat COVID-19
Baca juga: Jatim data staf OPD setelah ada yang meninggal karena COVID-19
Baca juga: JK ingatkan kedisiplinan masyarakat Jatim terhadap protokol kesehatan
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020