Ahli virologi dari Universitas Udayana, Bali, Prof Ngurah Mahardika mengatakan bibit vaksin dari manapun di seluruh dunia akan dapat digunakan atau berkhasiat bagi pencegahan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19 yang ada di Indonesia.Dari sekian banyak kasus infeksi SARS-CoV-2 di Indonesia, ia menemukan bahwa virus tersebut sebenarnya tidak memiliki daya mutasi yang tinggi
"Jadi virus (SARS-CoV-2) Indonesia itu tidak unik. Jadi bibit vaksin dari manapun di dunia akan berkhasiat di Indonesia, menurut data sementara," katanya dalam konferensi pers bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa virus yang ada di Indonesia sedikit berbeda dengan virus SARS-CoV-2 awal yang asalnya dari Wuhan.
Namun, kata dia, virus di Indonesia itu tidak mengalami perbedaan pada "receptor binding sitenya". Jika virus di Indonesia mengalami perubahan pada "binding site", maka vaksin yang ditemukan dari luar mungkin akan kehilangan khasiatnya jika dipakai di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang ada di Indonesia mengalami substitusi pada "receptor binding site" tersebut.
Untuk melihat apakah perbedaan tersebut akan menyebabkan virus menjadi semakin ganas atau tidak, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan pengkajian lebih lanjut.
"Di sini pemerintah dan peneliti Indonesia perlu mengkaji apakah virus di Indonesia akan semakin ganas atau tidak. Dan yang lain adalah perlu fasilitas riset dan produksi vaksin kelas dunia," katanya.
Baca juga: Unair Surabaya temukan lima kombinasi obat penawar COVID-19
Baca juga: Rektor Unair: Lima kombinasi obat teruji efektif atasi COVID-19
Baca juga: WHO sebut tiga vaksin COVID-19 diuji coba, 70 masuk tahap pengembangan
Kepada masyarakat, ia mengatakan masyarakat memiliki kewajiban agar virus tidak mempunyai peluang untuk berubah atau bermutasi.
Untuk menutup peluang itu, masyarakat perlu menaati protokol kesehatan untuk mencegah virus menginfeksi ke dalam tubuh.
"Jadi untuk membuat virus ini tidak bermutasi, maka jangan sampai masuk ke dalam tubuh manusia," katanya.
Itu berarti bahwa virus SARS-CoV-2 tidak akan dapat bermutasi ketika berada di luar. Virus tersebut perlu masuk ke dalam tubuh terlebih dahulu untuk bisa melakukan mutasi.
Dalam hal itu, ia menekankan bahwa masyarakat perlu membiasakan diri dengan perilaku atau kebiasaan yang aman dari COVID-19 sehingga virus penyebab wabah itu tidak bergerak bebas menginfeksi dan bermutasi di dalam tubuh.
"Jadi usahakan virus ini tidak punya peluang untuk berkembang biak," katanya.
Sementara itu, terlepas dari semua itu ia mengatakan bahwa dari sekian banyak kasus infeksi SARS-CoV-2 di Indonesia, ia menemukan bahwa virus tersebut sebenarnya tidak memiliki daya mutasi yang tinggi.
"Jadi bahwa virus ini memang sedikit berbeda dengan virus Wuhan. Tapi perbedaan itu tampaknya belum pada yang fungsional, yang menyebabkan dia semakin ganas, atau antibodi atau antivaksin menjadi kehilangan manfaatnya," demikian Ngurah Mahardika.
Baca juga: Pakar biologi UB: Perilaku virus corona sulitkan peneliti buat vaksin
Baca juga: Eijkman: Antigen kandidat vaksin COVID-19 Indonesia selesai Oktober
Baca juga: Virolog China klaim kelelawar tapal kuda sebagai inang COVID-19
Baca juga: Menristek: Virus corona di Indonesia ada yang sama dengan di Eropa
Pewarta: Katriana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020