• Beranda
  • Berita
  • Rok crinoline hingga topi jaga jarak, tren fesyen "new normal"

Rok crinoline hingga topi jaga jarak, tren fesyen "new normal"

20 Juni 2020 12:57 WIB
Rok crinoline hingga topi jaga jarak, tren fesyen "new normal"
Pakaian karya Puppets and Puppets (kiri) dan Harris Reed (kanan) (Tangkapan layar)
Perancang busana langganan Harry Styles, Harris Reed menjadi salah satu desainer yang memamerkan sejumlah karya, diilhami gaya berbusana di kala "new normal".

Gelaran dihelat pada acara kelulusan universitas seni Central Saint Martins di London.

Reed memamerkan topi berpinggiran lebar dan rok crinoline, semacam rok gembung lebar yang populer di era pertengahan abad ke-19.

Item fesyen lain yang terinspirasi dari protokol kesehatan menjaga jarak pada masa normal baru pandemi COVID-19 juga hadir dari desainer asal Rumania Grigore Lup yang membuat sepatu super panjang ukuran 75.

Baca juga: UNIQLO-Ayudia C rilis 50 inspirasi gaya busana hijab

Baca juga: G-Shock luncurkan jam tangan edisi terbatas kolaborasi merek Indonesia


"Kalau mereka pakai sepatu ini dan saling berhadapan, jarak di antara mereka sekira 1,5 meter-an," kata Lup yang mulai membuat sepatu di usia 16 tahun itu dilansir Reuters.

Di sisi lain, akun Instagram WhatIsNewYork mengumpulkan pakaian-pakaian unik orang-orang New York saat keluar rumah di kala "new normal", salah satunya ada yang memakai bola plastik raksasa.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Social distance or just stay home #whatisnewyork

A post shared by WhatIsNewYork (@whatisnewyork) on


Inspirasi fesyen lain datang dari koleksi musim semi/musim panas Balenciaga yang merilis gaun-gaun super lebar.

Puppets and Puppets juga mengeluarkan koleksi gaun dengan bagian bawah gembung.

Menilik fungsi pakaian, ahli sejarah Einav Rabinovistch-Fox mengatakan pakaian yang dikenakan manusia sejak dahulu memang sejatinya adalah cara paling ampuh untuk "mengurangi kontak dekat dan paparan yang tidak perlu."

Contohnya, rok crinoline, yang "digunakan untuk menciptakan penghalang antara laki-laki dan perempuan di lingkungan sosial ". "Mereka mungkin secara tidak sengaja membantu mengurangi bahaya cacar dan wabah era ini."

Pakaian untuk membantu menangkal penyakit bukan tanpa preseden sejarah. Pada abad ke-17, misalnya, dokter mengenakan topeng paruh burung ketika memeriksa pasien wabah, bagian hidung pada topeng mereka diisi dengan rempah-rempah serta bubuk daging dan madu.

"Saya benar-benar berpikir bahwa dalam waktu dekat praktik sosial seputar pakaian akan berubah," kata pembuat topi Veronica Toppino.

"Ini sudah berubah jika kita berpikir tentang masker kain." Tetapi sementara dia berpikir proyek seperti miliknya membuat kita "merenungkan mode sebagai alat untuk menyelidiki ide-ide baru", dia tidak berharap orang akan memakainya dalam waktu dekat.

"Ini akan menarik untuk dilihat," kata sejarawan mode Alison Matthews David. "Sulit dikatakan sekarang karena semuanya bergerak begitu cepat tetapi menjadi menarik dengan cara baru, gagasan yang dapat Anda gunakan, dengan cara non-verbal, fisik, pendekatan jaga jarak," katanya kepada Guardian, dikutip Sabtu.

Baca juga: Kiat bagi pelaku industri mode jelang fase normal baru

Baca juga: Michael Kors tak akan ikut New York Fashion Week

Baca juga: Kenzo dan Vans hidupkan kembali kolaborasi "floral sneaker"

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020