"Menjelang wafat, Gus Dur (mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman) meminta kami untuk memetakan lima problem NU," kata Instruktur Nasional PKPNU, KH Adnan Anwar, selaku narasumber webinar dalam rangka Haul Ke-33 KH Dhofir Salam (pendiri Pesantren Al-Fattah, Jember) secara daring/online, Minggu.
Dalam webinar yang diikuti 83 peserta yang umumnya dari kalangan alumni Pesantren Al-Fattah, Talangsari, Jember, Jawa Timur, yang didirikan KH Dhofir Salam itu, ia menjelaskan pemetaan problem NU itu penting untuk menyiapkan NU ke depan.
Baca juga: Pengurus Besar NU sarankan agar proses legislasi RUU HIP dihentikan
"NU akan menjadi perhatian masyarakat dunia, karena itu perlu disiapkan secara lahir-batin, lalu Gus Dur menunjuk kami untuk memetakan kelima problem NU yakni ideologi, orientasi, kepemimpinan, organisasi, dan program," katanya.
Menurut peneliti senior LP3ES itu, kader-kader NU secara ideologi masih memiliki nilai 4 dalam indeks ideologi, sedangkan kader-kader dari non-NU sudah memiliki nilai delapan dalam indeks ideologi, di antaranya PKS, HTI, Wahabi, dan sebagainya.
"Karena itu jangan heran kalau kepemimpinan NU pada beberapa kabupaten di Sumatera justru dipegang kader-kader HTI, tentu hal itu rentan, karena itu kami melakukan pembenahan kaderisasi NU dalam tiga tahun terakhir melalui PKPNU," katanya.
Baca juga: PBNU luncurkan mushaf Ar Risalah dilengkapi kekayaan ornamen Nusantara
Selain itu, kata wakil sekjen PBNU 2010-2015 itu, Muktamar ke-33 NU di Jombang pada tahun 2015 sudah memetakan struktural induk NU dari pusat hingga kecamatan yang "tertutup" bagi kader-kader naturalisasi dari luar NU, seperti di Sumatera.
"Namun, NU akan tetap merangkul kader-kader naturalisasi melalui sistem kaderisasi khusus yang tidak harus masuk dalam struktur induk NU, namun masuk struktur badan otonom NU yang bersifat lintas profesi, termasuk kalangan milenial," katanya dalam webinar menjelang Haul ke-33 KH Dhofir Salam pada 25 Juni 2020 itu.
Bahkan, katanya, saat ini peran NU dalam media sosial sudah mulai unggul dalam survei terakhir, padahal tahun 2001 masih "kalah" dengan kelompok Wahabi yang "menguasai" jejaring media sosial, namun kini terbalik dengan "Kubu Qunut" sudah unggul.
Baca juga: NU hadir untuk agama, bangsa dan negara
"Dengan pola kepengurusan yang induk dipegang kader-kader tulen dengan tetap merangkul kelompok naturalisasi pada bidang lain, maka kedua pola kader itu akan mendorong kesiapan NU memasuki Abad Kedua NU (2026), atau Satu Abad NKRI (2045)," katanya.
Sementara itu, pengasuh Pesantren As-Shiddiqi Putra, Talangsari, Jember, KH Firjaun Barlaman bin KH Achmad Siddiq, selaku narasumber webinar lainnya menegaskan bahwa NU dengan konsep Islam Nusantara yang merujuk pada ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin akan mendorong NU dapat menjadi "benteng" negara/NKRI.
"NU sudah terbukti menjadi benteng NKRI sejak negara kita belum lahir, karena itu jangan membuang energi dengan serius memikirkan isu-isu SARA, seperti neo-komunis, percayalah NU merupakan kekuatan raksasa yang akan selalu bangkit dalam kondisi genting. Buktinya, saat membentuk PKB masih bisa langsung jadi 'empat besar'," katanya.
Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020