Sebanyak 200 perajin emas, perak, dan mutiara di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, tetap berproduksi meskipun dalam suasana relatif sepi permintaan akibat pandemi COVID-19.Sebelumnya ada 800 perajin, tapi berkurang menjadi 400 akibat gempa bumi. Jumlahnya berkurang lagi menjadi 200 orang sejak merebaknya virus corona. Ada yang beralih profesi menjadi ojek online dan berjualan kuliner.
"Sebelumnya ada 800 perajin, tapi berkurang menjadi 400 akibat gempa bumi. Jumlahnya berkurang lagi menjadi 200 orang sejak merebaknya virus corona. Ada yang beralih profesi menjadi ojek online dan berjualan kuliner," kata Ketua Forum Komunikasi Perajin Mutiara Emas dan Perak Kota Mataram, H Fauzi di Mataram, Senin.
Ia mengatakan para perajin yang masih berproduksi hanya untuk bisa bertahan saja sambil menunggu situasi normal kembali, khususnya sektor pariwisata.
Baca juga: UMKM kerajinan penopang sektor pariwisata perlu lakukan inovasi produk
Kerajinan emas dan mutiara yang dihasilkan ada yang dipasarkan secara daring (online) ke beberapa daerah yang menjadi pelanggan. Sebagian juga dipasarkan di toko-toko emas dan mutiara yang sudah berani berjualan.
"Sekarang ini industri kerajinan mutiara seperti bayi baru merangkak. Sedikit-sedikit sudah bangkit, tapi mau menjual keluar belum bisa banyak. Bukan karena kendala pengiriman tapi daya beli masyarakat yang menurun," ujar Fauzi.
Menurut dia, dampak penyebaran virus corona terasa berat bagi pelaku usaha, baik yang formal buka toko kerajinan emas dan mutiara, maupun para perajin.
Baca juga: Presiden Jokowi dialog dengan perajin kayu asal Bali, ini obrolannya
Selama pandemi COVID-19, bandara dan pelabuhan ditutup dan orang-orang tidak bisa keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa karena harus mengikuti aturan pemerintah. Kondisi tersebut tentu berimbas terhadap kunjungan orang ke toko kerajinan emas dan mutiara.
Di satu sisi, lanjut Fauzi, konsumen produk kerajinan mutiara sebagian besar para wisatawan dari luar daerah. Tapi semenjak pandemi COVID-19, seluruh aktivitas pariwisata menjadi sepi. Akhirnya para pemilik toko emas dan mutiara memilih menutup usahanya sementara.
"Sudah tiga bulan toko-toko tutup dan buka kembali satu minggu setelah Idul Fitri. Sudah mulai ada transaksi, tapi volumenya hanya 25 persen dari kondisi normal," ucapnya pula.
Ia berharap setelah diberlakukan normal baru, kondisi pariwisata kembali menggeliat, sehingga kunjungan ke sentra-sentra kerajinan dan penjualan emas dan mutiara di Kota Mataram, kembali ramai.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian NTB, Hj Nuryanti mengakui bahwa kondisi industri kerajinan mutiara memang lesu sejak pandemi COVID-19.
Pihaknya untuk sementara waktu tidak bisa berbuat banyak untuk menggairahkan salah satu kerajinan unggulan tersebut sebab mutiara bukan kebutuhan pokok, tetapi sifatnya kebutuhan tersier.
"Kami tetap memberi perhatian kepada para perajin dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok. Untuk selanjutnya, kami akan bantu juga promosi setelah normal baru menggairahkan dunia pariwisata NTB," katanya.
Pewarta: Awaludin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020