• Beranda
  • Berita
  • Pemerhati: Orang tua yang mampu jangan ngotot anaknya masuk negeri

Pemerhati: Orang tua yang mampu jangan ngotot anaknya masuk negeri

23 Juni 2020 11:54 WIB
Pemerhati: Orang tua yang mampu jangan ngotot anaknya masuk negeri
Dokumentasi - Sejumlah siswa dan orang tua murid mendaftar seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menggunakan komputer di SMAN 1 Jakarta, Jakarta, Senin (24/6/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Pemerhati pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji meminta orang tua yang mampu untuk tidak ngotot memaksakan anaknya masuk ke sekolah negeri jika tidak memenuhi persyaratan.

"Logikanya sederhana, biarkan anak dari keluarga menengah ke bawah sekolah di sekolah negeri yang gratis dan yang mampu sekolah di sekolah swasta yang berbayar," ujar Indra di Jakarta, Selasa.

Pada aturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di DKI Jakarta yang menerapkan prioritas usia tertua ke termuda, urutan pilihan sekolah, dan waktu mendaftar. Hal itu menuai protes dari sejumlah orang tua murid yang menginginkan seleksi berdasarkan jarak rumah ke sekolah.

Indra menambahkan selama ini di sekolah negeri terutama yang berstatus favorit didominasi siswa dari keluarga mampu. Padahal di dekat sekolah tersebut terdapat anak usia sekolah, namun karena nilainya tidak mencukupi terpaksa sekolah di tempat lain.

Baca juga: Kemendikbud: PPDB DKI Jakarta berdasarkan usia sudah sesuai

Baca juga: PPDB 2020 dengan zonasi bertujuan agar warga miskin tak tersingkir


Hal itu jauh sebelum sistem PPDB zonasi diterapkan, yang mana seleksi berdasarkan nilai. Indra menjelaskan siswa dari keluarga mampu dengan mudah bisa mendapatkan nilai agar bisa masuk ke sekolah negeri tujuan, karena bisa mengakses bimbingan belajar.

"Inilah yang menjadi masalah besar selama ini. Untungnya Pak Anies Baswedan mengubah aturan PPDB tanpa menggunakan nilai lagi," kata dia.

Indra mengingatkan agar orang tua siswa dari keluarga mampu peduli dengan sesama. Banyak anak dari keluarga tidak mampu yang hanya bisa bersekolah di sekolah negeri. Sementara, jika anak dari keluarga mampu bisa sekolah di sekolah swasta jika tidak bisa masuk sekolah negeri.

"Harus diingat, bahwa banyak orang yang lebih membutuhkan dari pada kita. Sekolah di DKI Jakarta ini, sebenarnya kapasitasnya cukup untuk menampung semua anak sekolah," kata dia.

Indra juga menambahkan bahwa saat ini tidak ada lagi sekolah favorit dan non favorit. Kepala sekolah dan guru rutin dirotasi setiap tahun agar kualitas pendidikan merata. Oleh karena itu, hendaknya orang tua jangan ngotot ingin memasukkan anaknya ke sekolah negeri tertentu.*

Baca juga: DKI pastikan utamakan masyarakat tak mampu saat PPDB

Baca juga: Dinas Pendidikan DKI Jakarta umumkan tahapan penerimaan siswa baru

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020