Peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Budi Hadi Narendra mengatakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) berkelanjutan penting dalam mendukung terciptanya masyarakat sehat di masa normal baru atau "new normal" saat menghadapi pandemi COVID-19.sumber daya alam itu sebenarnya jumlahnya terbatas
"Memasuki era 'new normal' ini, pengelolaan DAS yang berkelanjutan seharusnya secara ekonomi akan tetap dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera serta mampu berperan dalam mitigasi perubahan iklim," kata Budi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, dalam seminar virtual Teras Inovasi Bincang Seru Profesor "Pengelolaan DAS Dalam Mendukung Era New Normal", Jakarta, Rabu.
Melalui pengelolaan DAS yang berkelanjutan, akan tercipta jaminan ketersediaan air bersih, sumber pangan yang berkualitas serta lingkungan yang sehat misalnya melalui pengintegrasian penanganan sampah dalam suatu pengelolaan DAS.
Budi menuturkan pengelolaan DAS berkelanjutan diharapkan mendukung kekebalan atau imun tubuh terutama saat berhadapan dengan pandemi. Salah satu upaya untuk menjaga imunitas adalah dengan menjaga asupan air minum yang cukup sehingga air bersih untuk kebutuhan rumah tangga penting.
Baca juga: Tingkatkan kualitas DAS Citarum 2021, PUPR akan anggarkan Rp618 miliar
Baca juga: Pusat daur ulang Subang dan Bekasi dukung pengurangan sampah Citarum
Selain untuk konsumsi, penyediaan air bersih juga penting untuk keperluan sanitasi dan kebersihan lingkungan untuk mendukung pola hidup sehat dan bersih yang harus dilakukan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, kesehatan masyarakat juga bergantung pada keberlanjutan pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS berkaitan dengan empat aspek yakni penggunaan lahan, pengaturan sumber daya air, pengelolaan vegetasi dan peran aktif masyarakat menjaga dan merawat DAS dan lingkungan.
Budi menuturkan ada hubungan signifikan bahwa keberadaan hutan di hulu DAS bermanfaat dalam mengendalikan kualitas air. Sebaliknya, peningkatan aktivitas manusia yang merusak cenderung menjadi sumber pencemar seperti limbah dari rumah tangga, industri, pertambangan,perikanan dan peternakan yang akan mengakibatkan kontaminasi perairan dan berdampak bagi kesehatan masyarakat.
Budi mengatakan di masa normal baru, perlu diperhatikan sejumlah hal berikut untuk mendukung pengelolaan DAS sebagai bagian dari upaya peningkatan kesehatan masyarakat di masa pandemi COVID-19, yakni perlunya pencegahan dan penanganan eksploitasi sumber daya alam DAS yang melebihi daya dukungnya.
Baca juga: Pengembalian fungsi konservasi DAS solusi atasi banjir, sebut BNPB
Baca juga: Di kawasan Pegunungan Muria, Jateng, tujuh sub-DAS kritis
Rencana tata ruang di setiap daerah yang sudah disusun berdasarkan daya dukung sumber daya alamnya harus menjadi pedoman dan dijalankan secara konsisten untuk mendukung pengelolaan DAS yang berkelanjutan.
"Sumber daya alam itu sebenarnya jumlahnya terbatas sehingga kita harus reaktif dalam menyusun rencana agar nilai tambah dari sumber daya alam itu meningkat dan penggunaannya bisa berkelanjutan dan lestari," tuturnya.
Budi menuturkan perlu deteksi dini dan pembenahan terhadap sumber daya air di tiap sub DAS tidak tanya di hilir saja agar upaya pembenahan DAS lebih efektif dan tepat sasaran.
Budi juga mengatakan perlu dilakukan pengintegrasian antara pengetahuan epidemiologi khususnya lingkungan dalam suatu pengelolaan DAS.
Epidemiologi lingkungan merupakan pengetahuan terkait dengan kesehatan akibat perubahan kesehatan lingkungan dan tindakan penanganannya.
Baca juga: Berbenah DAS menjauhi bencana
Baca juga: DAS-DAS merana rawan bencana
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020