Apakah cara tersebut memang ampuh dalam mengurangi rasa cemas dan panik?
Psikiater Elisa Tandiono dari RS Pantai Indah Kapuk mengatakan, rasa panik dan kecemasan berlebih dapat menimbulkan hiperventilasi alias napas berlebihan yang terlalu cepat.
Meski bernapas lebih cepat, tapi kadar oksigen yang dihirup sedikit.
"Kalau terus-terusan panik, bisa terjadi tangan kesemutan sampai muka terasa kebas karena hormon stres terpicu," kata Elisa dalam bincang-bincang virtual, Rabu.
Ketika seseorang bernapas pendek-pendek, rasa cemasnya akan meningkat. Mencoba untuk menarik dan mengembuskan napas dalam-dalam dapat menurunkan tingkat kecemasan secara efektif. Kendati demikian, efeknya hanya berlangsung sementara.
Baca juga: Praktisi: Ekspresikan diri secara bebas cegah stres saat pandemi
Baca juga: Stres corona? awas psoriasis bisa kambuh
"Sumber kecemasannya yang harus diturunkan," ujar dia.
Orang yang sering merasa pusing dan otot dada serta pundaknya terasa tegang akibat hiperventilasi bisa melatih diri untuk bernapas dalam-dalam agar bisa bernapas lebih tenang dibandingkan biasanya.
Elisa menuturkan, perasaan cemas yang tak kunjung mereda bisa berakibat panjang hingga menimbulkan sakit pada fisik.
Ia menyarankan untuk selalu berpikir positif dan fokus melakukan hal yang bisa dikontrol serta menjaga tubuh tetap fit agar kesehatan mental terjaga.
Jika gangguan kecemasan terasa berlebihan, sebaiknya segerakan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan.
Baca juga: Psikolog: orang tua tak perlu memaksakan diri jadi guru
Baca juga: Stres saat pandemi, bukan alasan untuk lakukan kekerasan pada anak
Baca juga: Lima makanan ini mampu bantu redakan stres
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020