Dewan profesor Universitas Hasanuddin mengingatkan masyarakat untuk tidak salah artikan penerapan tatanan normal baru yang diprogramkan pemerintah.tujuan transisi ini tersampaikan dengan baik dan tidak disalah artikan
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas Prof dr Budu, PhD SpM(K) M MedEd memberikan gambaran terkait makna sesungguhnya dari era normal baru agar masyarakat luas tidak mengalami kesalahan perspektif terkait kondisi saat ini.
"Perlu kesamaan pandangan terkait normal baru sehingga tujuan transisi ini tersampaikan dengan baik dan tidak disalah artikan sebagai kondisi sebelum COVID-19," katanya pada webinar bertema "Tatanan dan normal baru Dalam Perspektif Sosial Budaya Ekonomi dan Kesehatan", Sabtu.
"Berdasarkan beberapa referensi, normal baru merupakan skenario untuk mempercepat penanganan kasus COVID-19 dalam aspek kesehatan maupun sosial ekonomi," lanjut Prof Budu.
Indikator normal baru saat pandemi COVID-19, kata dia, dilihat berdasarkan beberapa aspek, seperti tidak adanya penambahan atau penyebarluasan penularan, indikator sistem kesehatan dengan melihat seberapa tinggi adaptasi dan kapasitas merespon COVID-19, dan melakukan surveilans dengan cara menguji seseorang ataupun sekelompok kerumunan untuk mengetahui tingkat potensi tertular.
"Ada beberapa syarat untuk transisi menuju normal baru, misalnya ada bukti bahwa transmisi virus bisa dikendalikan, resiko penularan virus sudah terkendali terutama di beberapa lokasi yang rentan, ada upaya pencegahan kasus virus impor, sistem kesehatan tersedia, serta adanya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya transisi tersebut," sebut Prof Budu.
WHO telah menyatakan bahwa tidak ada cara cepat untuk melawan virus corona. Pada akhirnya, perilaku masing-masing individu yang menentukan perilaku penyebaran COVID-19 dan hal ini tentu membutuhkan kesabaran, kerja sama dan keterlibatan aktif seluruh unsur masyarakat.
"Saya menawarkan hal yang bisa dilakukan sebagai upaya menekan laju penyebaran COVID-19 yang seyogyanya diharapkan untuk dilakukan. Saya memberi nama ‘3 Sehat 5 Sempurna’ yang terdiri dari jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, perhatikan gizi dan vitamin, olah fisik dan mental,"jelas Prof Budu.
Baca juga: Doni Monardo puji sertifikasi protokol kesehatan pariwisata Banyuwangi
Baca juga: Denada bersama dokter Vito hadirkan lagu hadapi adaptasi normal baru
Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi Unhas Prof Dr Abdul Rahman Kadir MSi CIPM., membahas terkait "Tatanan Norma Baru Dalam Perspektif Ekonomi".
Ia menuturkan, dampak pandemi dalam bidang perekonomian dapat dilihat dari berkurangnya aktivitas perdagangan secara langsung, berhentinya sejumlah industri manufaktur pengolahan. Namun, terjadi peningkatan transaksi perdagangan secara daring.
"COVID-19 mendorong perekonomian nasional berada di zona krisis, sehingga mengharuskan kerja sama semua pihak untuk meminimalisir damage dan keluar secepatnya dari zona tersebut," jelas Prof Rahman.
Lebih lanjut, Prof Rahman menyampaikan ada beberapa upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memunculkan SDM kreatif dan inovatif dengan menciptakan ekosistem yang mendukung kebebasan berpikir, berekspresi dan berusaha.
Selain itu, perlu penguatan dalam modal sosial dengan mendorong seluruh partisipasi komunitas untuk berkontribusi secara maksimal dan paling penting ketersediaan tata kelola yang berintegritas.
Baca juga: RO COVID-19 tinggi, Makassar belum berlakukan normal baru
Baca juga: Langkah awal dapatkan pekerjaan baru masa normal baru
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020