"Sebagian besar perusahaan sekarang memulai program CSR itu bagi karyawannya sendiri atau internal," kata Daniri di Jakarta, Selasa, dalam seminar webinar mengenai CSR di masa normal baru yang diselenggarakan Majalah Top Business.
Menurut Daniri, langkah sejumlah perusahaan untuk menggelar CSR di lingkungan internalnya sudah tepat mengingat di tengah kondisi sekarang karyawan perusahaan paling terkena dampak akibat wabah ini, mulai dari penghasilan berkurang atau terpaksa dirumahkan untuk sementara waktu.
“Paling utama, program CSR harus dimulai dari karyawan perusahaan itu sendiri. Kalau selama ini, CSR lebih sering ke konsumen, dengan kondisi sekarang harus dimulai dari ‘rumah’ atau internal perusahaan,” kata Daniri.
Baca juga: Taspen gencar lakukan CSR untuk putus rantai COVID-19
Baca juga: Lewat CSR, PGN berkomitmen tingkatkan daya saing UMKM
Selanjutnya, pelibatan pemangku kepentingan dalam CSR tersebut tentu diperlukan. "Dalam hal ini, CSR melibatkan karyawan dan konsumen. Manfaat sosial, juga berarti manfaat bagi sebuah perusahaan," katanya.
Daniri menjelaskan bahwa wabah COVID-19 juga telah mengubah cara berbisnis perusahaan.
Lahirnya normal baru pada prinsipnya adalah tatanan hidup manusia untuk menjalani kehidupan, pekerjaan, interaksi dan menyesuaikan diri dengan menetapkan protokol COVID-19. "Penerapan normal baru adalah bagian dari menjalani kehidupan sebelum vaksin virus corona ditemukan," ujarnya.
Daniri mengatakan sangat sulit untuk memprediksi kapan selesainya pandemi virus corona ini 100 persen. Sedangkan di sisi lain, aktivitas CSR dan keseluruhan aktivitas bisnis, tentu tidak bisa berhenti, melainkan sebaiknya berjalan dengan memperhatikan panduan protokol kesehatan.
Baca juga: Wijaya Karya sebut alokasikan dana CSR Rp3,14 miliar di tengah COVID
Baca juga: Kediri terima bantuan gula pasir 1 ton dari PTPN X
Baca juga: WIKA salurkan 10.000 paket sembako untuk masyarakat Jakarta Timur
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020