"Yang pas memang ya moderasi beragama dengan menerapkan washatiyah itu, artinya kita dapat menerima perbedaan yang ada," kata KH Muflich dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa.
Menurut dia, moderasi beragama ini harus digalakkan terutama di kalangan generasi milenial, agar dapat menerima perbedaan yang ada termasuk perbedaan pendapat yang ada di internal Islam sendiri.
“Yang kita tahu sekarang ada orang yang berbeda pandangan politik, berbeda pendapat itu dianggap lawan, padahal harusnya tidak seperti itu. Sedangkan yang kita tahu dan kita alami dengan tokoh-tokoh dimasa peralihan orde baru, perbedaan pendapat itu betul-betul dihargai. Tidak dianggap lawan orang-orang yang berbeda pendapat itu,” katanya.
Muflich pun juga mengungkapkan keprihatinannya terkait masih adanya perbedaan pandangan baik pandangan politik maupun beda terhadap pandangan ideologi bangsa ini yang tidak dapat diterima oleh sebagian kalangan ataupun kelompok tertentu.
“Saya juga prihatin ada banyak orang yang memiliki perbedaan pendapat dan pandangan politik justru dikatakan anti Pancasila, pengkhianat Pancasila dan sebagainya. Padahal sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita bahwa berdemokrasi dan bermusyawarah itu dengan berdasarkan kemanusiaan. Itu hal yang lumrah,” ucap Muflich.
Muflich menyampaikan bahwa untuk mewujudkan moderasi beragama, khususnya kepada para generasi muda, maka para penyelenggara negara juga harus memberikan contoh atau keteladanan kepada mereka.
“Menurut saya kita ini butuh keteladanan, contoh nyata dari para pejabat negara. Baik eksekutif, legislatif dan yudikatifnya. Dari tingkat pusat sampai ke daerah. Karena kalau pejabat negaranya sudah memberikan keteladanan tentunya masyarakat akan lebih mudah mengikutinya apalagi generasi mudanya,” katanya.
Muflich menuturkan bahwa mengenalkan Islam yang moderat, toleran dan berkeadilan, khususnya kepada para generasi muda adalah esensi agama itu sendiri.
Dia menjelaskan bahwa semua agama sebetulnya tidak membenarkan dan tidak mentolerir mengenai adanya paham radikal terorisme, apalagi yang sampai berujung pada kekerasan dan aksi teror.
Muflich juga menyebutkan bahwa mereka-mereka yang terpapar paham radikal terorisme itu sebetulnya adalah golongan yang sumbu pendek yang mudah dihasut karena tidak memahami agama Islam secara mendalam.
Untuk itulah dirinya mengingatkan agar umat Islam mempelajari Islam secara mendalam agar tidak mudah terhasut yang berakibat mudah terpapar paham radikal terorisme tersebut
“Jadi jangan sampai kita dihasut oleh pihak-pihak yang ingin membenturkan agama dengan negara, Islam dan Pancasila dan seterusnya. Jadi moderasi beragama ini sebenarnya bentuk tanggung jawab kita kepada agama kami, yang Islam ya kepada Islam, yang Kristen kepada Kristen dan sebagainya termasuk kepada generasi setelah kita yaitu para generasi muda,” kata Muflich.
Baca juga: Kepala BNPT: Ulama berperan penting persatukan bangsa lewat dakwah
Baca juga: ICIS: Pancasila selaras dengan Islam
Baca juga: ICIS: Waspadai kelas-kelas online radikalisme
Baca juga: Pancasila adalah vaksin terbaik tingkatkan kekebalan dari radikalisme
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020