Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dr Dewi Nur Aisyah mengatakan semakin besar dan luas jumlah tes yang dilakukan kepada masyarakat maka seharusnya angka positivity rate juga semakin rendah atau turun.Secara global, WHO memiliki standar yakni lima persen.
"Jadi kalau istilahnya dalam rangka surveilans kalau yang diperiksa hanya orang-orang sakit pasti positifnya lebih tinggi, ketika angka positif kita semakin turun pemerintah mencoba memeriksa orang yang tidak punya gejala," kata dia di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pada pertengahan Mei 2020 angka positivity rate nasional yakni 13 persen dengan 3.448 orang yang dinyatakan positif COVID-19 dalam kurun waktu satu minggu dengan perkiraan setiap harinya ada 300 hingga lima ratus penambahan kasus baru.
Jumlah positif sebanyak 3.448 jiwa tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan sekitar 26 ribu jiwa se-Indonesia maka didapatkan angka positivity rate nasional sebesar 13 persen.
Baca juga: GTPP: Capai 26, positif COVID-19 di Ngawi-Jatim meningkat signifikan
Baca juga: Gugus Tugas: COVID-19 bencana nasional, data lebih transparan
Namun, ujar dia, pada 28 Juni 2020 terdapat peningkatan tajam yakni 8.227 kasus positif COVID-19 dalam kurun waktu satu minggu dan satu harinya diperkirakan lebih dari 1.000 kasus baru.
"Tetapi orang yang diperiksa itu juga bertambah yakni mencapai 55 ribu," ujar dia.
Sehingga jika 55 ribu dibagi delapan ribu maka didapatkan angka positivity rate nasional 12 persen. Artinya semakin besar tes yang dilakukan, pada saat bersamaan angka positivity rate seharusnya juga rendah atau turun.
"Secara global, badan kesehatan dunia atau WHO memiliki standar yakni lima persen. Namun, untuk mencapai angka tersebut cukup sulit dan dibutuhkan usaha lebih besar," katanya.
Meskipun demikian, kata Dewi, secara nasional angka positivity rate Indonesia memang 12 persen tapi jika melihat kabupaten dan kota bisa berbeda-beda.
Baca juga: Gubernur Jabar: Jumlah pasien positif corona dirawat di RS turun
Baca juga: Kasus sembuh positif COVID-19 di Sumsel lampaui 1.000 orang
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020