• Beranda
  • Berita
  • Wisuda di tengah pandemi, para orang tua pun jadi "rektor" sehari

Wisuda di tengah pandemi, para orang tua pun jadi "rektor" sehari

5 Juli 2020 13:11 WIB
Wisuda di tengah pandemi, para orang tua pun jadi "rektor" sehari
Youna Sompotan (kanan) memindahkan tali toga anaknya yang mengikuti prosesi Wisuda Universitas Sam Ratulangi secara daring dari rumahnya di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (11/06/2020). ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/nz.
Suatu siang di akhir Februari 2020, Novia baru saja selesai mengikuti ujian komprehensif di kampus guna mempertahankan skripsinya di hadapan para dosen selaku penguji.

Mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Padang itu akhirnya dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana setelah terjadi tanya jawab sengit selama sekitar dua jam di ruangan sidang.

Keluar dari ruangan ujian, ia pun segera mengambil telepon selular atau ponsel dan menghubungi orang tuanya di kampung menyampaikan kabar gembira itu.

"Alhamdulillah mak, Via sudah lulus kuliah, nanti pas wisuda bapak dan mak ke Padang ya?" ucapnya.

Kedua orang tua Novia hanyalah lulusan SD dan menjadi petani di kampung namun mereka berhasil mengantarkan buah hatinya itu menjadi sarjana.

Saat pertama kali mendaftar kuliah di Padang, Novia di antar paman dan kedua orang tuanya tersebut belum pernah menginjakan kakinya di kampus.

Ia ingin pada hari wisuda tersebut kedua orang tuanya hadir dan menyaksikan langsung prosesi perayaan kelulusan untuk memberikan kebanggaan kepada kedua orang tuanya.

Tidak hanya orang tua, para kerabat dekat pun akan turut serta hadir ke Padang menyaksikan wisuda.

Namun apa daya sejak awal April lalu,  Corona Virus Disease (COVID-19) mewabah, membuat semua sektor kehidupan mengalami perubahan.

Salah satunya adalah semua aktivitas yang melibatkan banyak orang berkumpul ditiadakan, guna mencegah penularan virus tersebut.

Bahkan perkuliahan hingga ujian skripsi pun dilaksanakan secara daring termasuk wisuda yang awalnya direncanakan di kampus kini hanya dihadiri rektor dan senat, sementara para wisudawan berada di rumah masing-masing dengan pakaian wisuda plus toga.

Meski sedikit kecewa karena Novia batal membawa kedua orang tuanya ke kampus menyaksikan ia diwisuda, tidak mengurangi khidmatnya perayaan kelulusan.

Hari yang dinanti pun tiba, sesuai instruksi kampus, wisuda dilaksanakan secara daring dan para wisudawan mengikuti acara itu dari rumah.

Novia pun sejak pagi telah mengenakan pakaian hitam dan toga. Didampingi bapak dan emak ia duduk di ruangan tengah rumah.

Menggunakan laptop mereka bertiga mengikuti prosesi wisuda dari rumah sederhana. Para kerabat pun mulai berdatangan.

Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mengheningkan cipta dan pembacaan SK Rektor tentang wisudawan.

Dengan serius Novia dan kedua orang tuanya mengikuti setiap prosesi. Tibalah acara puncak yaitu pemindahan jambul toga sebagai simbol para wisudawan sudah sah menyandang gelar yang biasanya dilakukan oleh rektor di kampus.

"Saya rektor, dengan ini memberikan kewenangan kepada bapak dan ibu atau keluarga untuk memindahkan jambul toga dari kiri ke kanan," ucap rektor memberikan instruksi kepada peserta di rumah masing-masing.

Novia pun berdiri dengan sedikit membungkuk. Ia pun mempersilakan ayah tercinta memindahkan jambul toga itu ebagai imbol wisuda.

Batal membawa orang tua ke kampus untuk mengikuti wisuda, ternyata ada hikmah tersendiri.

Kini sang bapak pahlawan kebanggaannya, pria sederhana, petani kecil yang hanya lulusan SD, memindahkan langsung jambul toga itu menggantikan peran rektor yang bergelar profesor.

Baginya ini merupakan kehormatan dan penghargaan tertinggi diwisuda langsung oleh bapak sang 'rektor' kehidupan bagi anak-anaknya.

Novia tak kuasa meneteskan air mata, bulir bening di pipinya mengalir ada rasa bangga karena diwisuda langsung oleh 'rektor' kehidupannya, pria sederhana yang mulai beranjak tua.

Usai memindahkan jambul toga tak lupa ia mencium tangan bapak dan emak mengucapkan terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan mereka selama ini.

Saudara dan kerabat pun bertepuk tangan gembira usai menyaksikan pemindahan jambul toga simbol wisuda tersebut.
 
Wisudawan Universitas Andalas Muhammad Irsyad Suardi, mengikuti wisuda daring dari rumah bersama kedua orang tuanya. (Antara/Iggoy El Fitra)

Universitas Andalas (Unand) Padang termasuk yang menerapkan pelaksanaan wisuda II tahun 2020 secara daring yang diselenggarakan pada 30 Juni 2020.

"Wisuda II diikuti 1.103 wisudawan dilakukan secara daring untuk mencegah kerumunan massa mengantisipasi penularan Corona Virus Disease (COVID-19)," kata Rektor Unand Prof Yuliandri.

Ia mengakui dengan pelaksanaan wisuda daring pada satu sisi meniadakan kenangan ketika wisuda konvensional yang mengumpulkan banyak orang, namun pada sisi lain ada sisi emosional yang juga hadir yaitu ketika orang tua memindahkan jambul toga anaknya.

Sementara Wakil Rektor I Unand Prof Mansyurdin menyampaikan kebijakan wisuda daring ini memang ada sejumlah mahasiswa yang tidak menyetujui karena wisuda konvensional dinilai lebih meriah dan bisa dihadiri banyak anggota keluarga.

Akan tetapi karena dihukum kondisi diputuskan untuk daring dan bagi mahasiswa yang tetap ingin melaksanakan wisuda konvensional silakan ketika situasi sudah normal di fakultas, kata dia.

Ia mengakui pandemi ini membuat sejumlah kendala dalam proses perkuliahan karena semua dilakukan secara daring termasuk bimbingan skripsi hingga ujian komprehensif.

Bimbingan langsung jauh lebih efektif dan suasananya berbeda ketimbang hanya daring, katanya.

Kemudian sejumlah kendala yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam menyelesaikan studi mulai dari kesulitan melakukan penelitian di lapangan karena pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Selain itu di awal pandemi ada larangan praktik di labor dan saat ini sudah ada kebijakan harus seizin fakultas.

Pada wisuda II 2020 Unand juga menghapus uang wisuda yang biasanya dipungut sehingga biayanya gratis dan mahasiswa cukup melengkapi berkas administrasi serta memakai baju wisuda di rumah.

Untuk syarat bebas pustaka juga ditiadakan dan syarat-syarat lain seperti syarat tes TOEFL ditiadakan dan syarat lain dapat dilengkapi saat mengambil ijazah.

Sementara salah seorang peserta wisudawan II Universitas Andalas Muhammad Irsyad Suardi menyambut dengan lapang dada pelaksanaan wisuda daring kendati ada beberapa prosesi yang tidak ada .

"Alhamdulillah masih bisa merasakan walaupun virtual karena pandemi yang masih belum berakhir", ujarnya.

Zurnetti selaku orang tua Irsyad juga senang putranya dapat menyelesaikan kuliah dan diwisuda secara daring.

"Ini penyesuaian dengan kondisi sekarang yang masih pandemi, alhamdulillah bahagia karena sanak saudara bisa datang langsung ke rumah," ujarnya. ***3***
Baca juga: Rektor Unand : pascasarjana untuk mengisi bagian keahlian
Baca juga: Unand hasilkan 58 dokter baru
Baca juga: Unand Padang wisuda 1.370 mahasiswa

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020