Kasus COVID-19 mulai muncul di Kota Timika, ibu kota Kabupaten Mimika pada pertengahan Maret.
Dua pasien pertama terkonfirmasi positif COVID-19 diketahui dari Kluster Jakarta dan Kluster Lembang, Jawa Barat.
Sejak saat itulah penularan wabah COVID-19 di Mimika semakin masif, termasuk di area kerja perusahaan pertambangan PT Freeport Indonesia di Tembagapura.
Bahkan pada bulan Maret hingga April, kasus COVID-19 di Mimika merupakan yang tertinggi di Provinsi Papua.
Mimika menyiapkan tiga rumah sakit untuk penanganan dan perawatan pasien COVID-19, termasuk mereka yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) yaitu RSUD Mimika sebagai rumah sakit rujukan, RS Tembagapura dan RS Mitra Masyarakat Timika.
Lantaran keterbatasan tempat tidur di ruang isolasi RSUD Mimika dan tidak semua pasien COVID-19 memiliki gejala berat, maka sebagian pasien diisolasi di shelter Wisma Atlet di kawasan Kelurahan Timika Jaya SP2.
Fasilitas itu sedianya dipersiapkan untuk menampung atlet yang akan bertanding saat penyelenggaraan PON XX Papua.
Sementara di Tembagapura, manajemen PT Freeport Indonesia menyiapkan beberapa barak yang sebelumnya sebagai tempat tinggal karyawan seketika disulap menjadi tempat isolasi pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Belum lagi fasilitas karantina karyawan di Mile 38 untuk menampung karyawan di wilayah dataran rendah yang masuk status PDP, ODP dan OTG.
Hingga Selasa ini kasus kumulatif COVID-19 di Mimika mencapai 408 dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 343 orang, pasien meninggal dunia enam orang dan pasien yang masih menjalani isolasi di rumah sakit sebanyak 59 orang.
Baca juga: Pandemi COVID-19 hambat pengusutan korupsi DLH Mimika
Pasien sembuh meningkat
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob mengakui proses penyembuhan pasien COVID-19 di Mimika akhir-akhir ini jauh lebih cepat dibanding saat awal pandemi global itu mulai mewabah di Mimika.
Jika di fase awal yaitu sekitar bulan Maret hingga April, katanya, pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit butuh waktu cukup lama untuk bisa dinyatakan sembuh lantaran mereka datang ke rumah sakit dengan kondisi dan gejala yang sudah cukup berat, memiliki penyakit penyerta, bahkan ada beberapa yang harus dibantu dengan ventilator.
Hingga saat ini masih terdapat beberapa pasien COVID-19 yang sudah sangat lama menjalani isolasi di rumah sakit, namun setelah menjalani pemeriksaan swab untuk konfirmasi sekitar tujuh hingga delapan kali, masih tetap dinyatakan positif.
"Bapak Pendeta Rudolf Labok itu sudah 97 hari berada di rumah sakit. Beliau sudah tujuh sampai delapan kali melakukan swab untuk kontrol tapi masih tetap positif. Padahal kondisinya sudah sehat. Begitupun dengan beberapa orang muda, ada yang berusia 17 tahun yang diisolasi di shelter Wisma Atlet, sudah cukup lama berada di sana tapi masih tetap positif. Padahal mereka tidak sakit, tidak ada gejala apapun," ujar John.
Di luar dari beberapa kasus khusus itu, sekitar 80 persen dari pasien COVID-19 di Mimika rata-rata merupakan pasien berstatus OTG.
Pasien dengan status OTG itu, katanya, memiliki kesempatan yang lebih besar untuk cepat sembuh dibanding pasien yang memiliki riwayat penyakit penyerta.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Tim Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Mimika, tingkat kesembuhan paling tinggi dialami oleh pasien yang menjalani karantina atau isolasi mandiri di rumah, diikuti oleh pasien yang isolasi di rumah sakit dan terakhir pasien yang menjalani isolasi di shelter Wisma Atlet.
"Cepat atau tidaknya pasien itu sembuh juga sangat bergantung dari kondisi mental kejiwaan mereka (psikologi)" ujarnya.
Belajar dari fakta itu, saat ini sejumlah pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala sudah dikeluarkan dari rumah sakit dan shelter Wisma Atlet untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan tetap dalam pengawasan pihak petugas kesehatan.
"Kalau di Tembagapura sudah tidak ada lagi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, pasien COVID-19 diisolasi di barak-barak karena mereka rata-rata OTG. Sekarang ini di semua rumah sakit maupun tempat isolasi di Mimika tidak ada lagi pasien dengan gejala berat ataupun yang harus menggunakan ventilator untuk alat bantu pernapasan," kata John, mantan Kepala Dishubkominfo Mimika.
Selain itu, pola penanganan pandemi COVID-19 di Mimika sejak awal hingga kini juga dinilai sangat efektif untuk menekan penularan kasus tersebut.
"Dulu saat awal kasus mulai muncul, orang datang ke rumah sakit dengan kondisi sudah sakit parah baru ketahuan dia tertular virus corona. Sekarang, dengan adanya penelusuran kontak orang-orang yang berhubungan erat dengan pasien positif maka orang-orang tersebut langsung diisolasi sehingga tidak menularkan kepada orang lain lagi," ujarnya.
Tim Gugus Tugas Kesehatan COVID-19 Mimika sejak masa pembatasan sosial (PSDD), Pra normal baru hingga saat ini juga terus melakukan pemeriksaan massal dengan tes cepat (rapid test) secara random baik di jalan raya maupun di tempat-tempat umum seperti pasar, pusat perbelanjaan dan lainnya di Kota Timika.
Orang-orang yang dinyatakan reaktif pemeriksaan tes cepat saat masa PSDD sudah dirujuk untuk pemeriksaan usap, dimana beberapa orang diantaranya ternyata diketahui positif tertular COVID-19.
John meyakini situasi kesehatan warga Mimika yang selama ini sudah sering terpapar penyakit malaria, infeksi saluran pernafasan atas (ispa) dan TB paru juga turut memperkuat imunitas tubuh mereka sehingga tidak gampang terpapar COVID-19.
"Kami melihat ada fenemona yang sedikit berbeda dengan di tempat lain. Masyarakat asli sangat jarang yang terpapar COVID-19. Hampir tidak ada orang Kamoro yang terpapar. Orang Amungme hanya dua orang. Warga Papua lainnya juga tidak banyak," ujarnya.
Pasien terbanyak justru warga di luar itu. Apakah ini ada kaitan dengan imunitas mereka yang kuat, tentu butuh penelitian lebih lanjut. Padahal kasus malaria di Mimika termasuk yang tertinggi di Indonesia, ISPA nomor tiga di Indonesia, TB paru nomor satu di Indonesia.
"Yang lebih mengherankan lagi kasus HIV-AIDS di Mimika merupakan salah satu yang tertinggi, tapi yang terpapar corona hanya satu orang," ucapnya.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, John menyatakan optimistis dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi sebanyak 59 pasien COVID-19 yang masih menjalani isolasi di rumah sakit dan shelter Wisma Atlet Timika akan segera sembuh.
Secara keseluruhan angka reproduksi efektif penularan COVID-19 di Mimika kini berada pada poin 1 lantaran masih ditemukannya pasien positif COVID-19 di wilayah Tembagapura dalam beberapa hari terakhir.
Khusus di Kota Timika, angka reproduksi efektif penularan COVID-19 sudah berada pada angka 0,3, sementara di wilayah Tembagapura berada pada angka 0,37.
"Khusus di wilayah Kota Timika hampir praktis tidak ada temuan kasus baru lagi. Tim kesehatan sudah melakukan pemeriksaan secara acak di beberapa tempat, memang ada yang reaktif saat tes cepat, namun ketika dirujuk untuk tes usap, ternyata hasilnya negatif. Ini artinya pandemi COVID-19 di Mimika sudah memasuki masa-masa akhir," kata John.
Baca juga: Mimika optimistis segera melawati pandemi COVID-19
Gelombang kedua
Meskipun penularan COVID-19 di wilayah Kota Timika kini bisa ditekan atau dikendalikan, namun John mengingatkan warga setempat untuk mewaspadai munculnya gelombang kedua penularan COVID-19.
Potensi terjadinya gelombang kedua penularan COVID-19 di Mimika bisa dipicu oleh masuknya penumpang, baik dari luar Papua melalui pintu Bandara Mozes Kilangin Timika maupun juga karyawan PT Freeport Indonesia dan perusahaan subkontraktornya yang melakukan cuti kerja ke keluarga mereka Timika.
Untuk mengantisipasi hal itu, Tim Gugus Tugas Kesehatan Mimika akan memperketat pemeriksaan penumpang yang baru datang dari luar Papua maupun dari Tembagapura.
Tim kesehatan bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) akan melakukan pemeriksaan ketat kepada semua orang yang masuk ke Timika, termasuk orang-orang yang akan masuk dari area PT Freeport baik dari wilayah dataran tinggi seperti Tembapura maupun dari wilayah dataran rendah seperti Pelabuhan Portsite Amamapare.
"Sebelum mereka berangkat, kami sudah harus mendapatkan manifes dan hasil pemeriksaan kesehatan mereka serta kartu kewaspadaan dini sehingga ketika mereka sudah berada di Timika kami akan melakukan pemeriksaan ulang," kata Juru Bicara Tim Gugus Tugas COVID-19 Mimika Reynold Ubra.
Baik Wabup Mimika John Rettob maupun Jubir Gugus Tugas COVID-19 Mimika Reynold Ubra mengingatkan warga setempat untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan selama masa tatanan hidup baru yang akan diawasi secara ketat untuk tiga hal yaitu menjaga jarak, selalu menggunakan masker dan menyediakan sarana cuci tangan ditambah lagi dengan mengonsumsi makanan sehat dan rajin berolahraga.
"Masyarakat Mimika sejak 2 Juli 2020 sudah memasuki normal baru dengan tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan," John Rettob.
Sekarang sektor ekonomi di Timika sudah dibuka kembali 1x24 jam terkecuali untuk beberapa sektor seperti pendidikan, tempat hiburan malam yang masih membutuhkan waktu untuk dibuka kembali.
Namun bukan berarti setelah adanya normal baru ini masyarakat akhirnya bebas tanpa kendali tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Semua harus mewaspadai munculnya gelombang kedua COVID-19 di Mimika.*
Baca juga: Kejaksaan periksa penggunaan dana COVID-19 di Mimika
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020