• Beranda
  • Berita
  • Balai riset Kemenperin optimalkan inovasi panel surya

Balai riset Kemenperin optimalkan inovasi panel surya

8 Juli 2020 15:44 WIB
Balai riset Kemenperin optimalkan inovasi panel surya
Panel surya yang disediakan Xurya, startup lokal penyedia jasa pembangunan PLTS atap. ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak/am.

Energi baru terbarukan merupakan era masa depan untuk keberlanjutan penyediaan energi dan ketenagalistrikan nasional, termasuk yang menjadi kebutuhan sektor industri.

Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Surabaya, salah satu unit litbang milik Kementerian Perindustrian, berupaya mengoptimalkan inovasi panel surya yang diharapkan dapat dikembangkan secara manufaktur oleh industri di dalam negeri sehingga mampu mensubstitusi komponen pendukung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang masih diimpor.

“Energi baru terbarukan merupakan era masa depan untuk keberlanjutan penyediaan energi dan ketenagalistrikan nasional, termasuk yang menjadi kebutuhan sektor industri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi lewat keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Doddy menjelaskan sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi fosil (minyak, batu bara, dan gas bumi) yang mencapai 81,3 persen pada 2018.

“Di lain pihak, Indonesia kaya akan potensi sumber energi baru terbarukan mulai dari panas bumi, matahari, dan juga energi hydro,” ungkapnya.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Kemenperin soroti manajemen energi di sektor industri

Oleh karena itu, menurut Doddy, salah satu arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan akses, pasokan energi, serta tenaga listrik yang merata dan berkelanjutan adalah peningkatan efisiensi pada pemanfaatan energi dan tenaga listrik melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi smart grid.

Hal tersebut sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yakni pemenuhan kebutuhan energi dengan mengutamakan peningkatan energi baru terbarukan dari porsi bauran energi nasional 8,6 persen pada  2019 naik menuju 23 persen pada  2024.

Doddy menambahkan teknologi smart grid pada PLTS membutuhkan komunikasi yang efektif antara bagian-bagian yang menjadi aspek penting karena merupakan syarat bagi proses monitoring dan pengendaliannya.

“Pemanfaatan IoT sebagai teknologi pendukung pada smart grid dapat meningkatkan produktivitas dengan merampingkan proses komunikasi serta mampu meningkatkan keakuratan data dan informasi,” imbuhnya.

Baca juga: "Green Office" tren pengusaha ciptakan energi ramah lingkungan

Kepala Baristand Industri Surabaya Aan Eddy Antana menyampaikan pihaknya ingin memperkenalkan Rekayasa Kontroler MPPT Berbasis Anfis untuk Peningkatan Efisiensi Pembangkit Photovoltaic.

Inovasi ini adalah pengembangan kontroler pencari titik daya maksimum (MPPT) yang merupakan salah satu komponen pembangkit Photovoltaic, yang umumnya masih diperoleh secara impor.

“Kami telah menciptakan prototipe kontroler MPPT ini dengan menggunakan kombinasi kontroler cerdas yang telah menunjukkan peningkatan kemampuan penyerapan energi,” ujarnya.

Komponen MPPT dan inverter yang dihasilkan Baristand Industri Surabaya memiliki tingkat prosentase bobot tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 13,5 persen sesuai dengan Permenperin Nomor 4 tahun
2017.

Baca juga: Dirjen :Pengembangan panel surya semakin murah

Selain itu, prototipe tersebut mampu menaikkan respons daya keluaran PDC sebesar 7 persen dari produk impor yang telah beredar di pasaran.

Aan mengemukakan pemanfaatan energi surya ini dapat diaplikasikan dalam beragam skala dan di berbagai lokasi, baik terpasang di atap ataupun di atas tanah.

“Desain sistem pembangkit listrik tenaga surya yang bersifat modular membuatnya mudah untuk disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, mulai dari konsumen rumah tangga, bisnis, pemerintah, dan industri,” tuturnya.

Untuk memperkenalkan hasil inovasi tersebut, Baristand Industri Surabaya menggelar kegiatan bertajuk Diseminasi Online Hasil Penelitian Baristand Industri Surabaya (DOLAN BISBY) Jilid 2.

Acara ini diikuti sebanyak 110 peserta yang berasal dari instansi pemerintah, pelaku industri, peneliti atau perekayasa, dan akademisi.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020