Permintaan pasar barang elektronik di Indonesia rebound atau bangkit pada Juni setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan, bahkan penjualan beberapa produk Sharp Indonesia naik 20-40 persen pada bulan tersebut.Permintaannya ada, pasarnya ada, konsumennya ada
Presdir PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Shinji Teraoka, di Jakarta, Rabu, mengatakan sejak Maret sampai Mei 2020 industri elektronik mengalami tantangan tersendiri karena penjualan anjlok akibat wabah virus corona melanda Indonesia.
"Namun pada Juni (penjualan) mulai naik," kata Teraoka pada konferensi virtual.
Dengan optimisme pasar elektronik pulih, Teraoka juga menegaskan tidak akan melakukan PHK di perusahaan yang berdiri sejak 1970 itu.
Baca juga: Produsen elektronik Jepang optimis pertumbuhan pasar di Indonesia
Secara lebih detail Senior GM Penjualan Nasional SEID Andry Adi Utomo menjelaskan pada Januari-Maret 2020 permintaan barang elektronik secara nasional hanya tumbuh 2,84 persen. Penjualan Sharp sendiri turun sampai 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemudian Mei-April juga turun lagi 20 persen.
Pada periode pertengahan Maret sampai Mei, pihaknya kesulitan mendapatkan komponen untuk produksi barang elektronik karena sebagian besar negara pengimpor komponen lockdown. Selain itu, SEID juga tidak bisa mendistribusikan barang dan banyak toko yang tutup karena PSBB.
Pada saat itu, kata dia, penjualan AC turun 20 persen, lemari es turun 10 persen, televisi turun 17 persen, dan mesin cuci turun 5 persen.
"Namun pada Juni pasar elektronik pulih dan penjualan sejumlah barang elektronik naik seperti lemari es, televisi dan mesin cuci antara 30-40 persen dibandingkan Juni 2019," kata Andry.
Baca juga: Menperin: Ini peluang industri elektronik isi pasar dalam negeri
Diakuinya, kenaikan signifikan penjualan pada Juni 2020 dibanding Juni 2019 terjadi juga karena tahun lalu ada libur panjang Lebaran.
Meskipun demikian, pulih dan bangkitnya pasar elektronik pada Juni membawa optimisme pada pencapaian target SEID untuk tahun fiskal 2020 sebesar Rp11 triliun.
"Permintaannya ada, pasarnya ada, konsumennya ada," katanya. Namun hal itu terganggu oleh dampak pandemi corona yang membuat gerak orang dan barang dibatasi guna menekan penyebaran wabah.
Baca juga: Industri elektronik RI didorong rebut pasar AS
Terbukti, kata dia, penjualan Sharp secara daring naik selama Maret-Juni dari biasanya Rp10 miliar/bulan menjadi Rp20-30 miliar/bulan.
Di tengah pandemi, Sharp Indonesia mengoptimalkan penjualan melalui Whatsapp, SMS, maupun online baik melalui market place maupun penjualan online langsung ke konsumen.
"Kita harapkan Juli-September pasar dan penjualan pulih untuk mengejar ketertinggalan target, dan pada Oktober 2020 sampai Maret 2021 tumbuh, sehingga target penjualan Rp11 triliun bisa tercapai," katanya.
Baca juga: Ini alasan Sharp relokasi pabrik ke Indonesia
Untuk itu, meski masih pandemi Sharp terus mengeluarkan produk baru, seperti meluncurkan kulkas satu pintu Kirei III berdesain Bunga Sakura untuk membidik pasar ibu-ibu yang membutuhkan kulkas tambahan untuk menyimpan bahan makanan selama bekerja dari rumah (WFH).
Lemari es Kirei III yang baru dliuncurkan hari ini, dipasarkan dengan harga mulai dari Rp1.600.000 (kapasitas 133 liter) hingga Rp 2.000.000 (kapasitas 184 liter).
"Seluruh lemari es Kirei Series masih dapat beroperasi dengan daya rendah 90 Watt," kata Andry.
Baca juga: Ekspor AC ke Nigeria, industri elektronik tembus pasar nontradisional
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020