Jumlah kasus tersebut tiga kali lipat dari penyakit influenza parah yang dicatat setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Banyak negara yang paling terdampak pandemi sedang melonggarkan penguncian, yang sebelumnya diberlakukan untuk menekan penyebaran virus corona.
Namun, sejumlah negara, seperti China dan Australia, menerapkan penguncian lanjutan guna mengantisipasi gelombang baru infeksi.
Para ahli mengatakan perubahan dalam hal pekerjaan dan kehidupan sosial dapat berlangsung hingga vaksin tersedia.
Kasus COVID-19 pertama dilaporkan di China pada awal Januari dan, memasuki hari ke -149, virus tersebut telah menginfeksi enam juta orang. Dibutuhkan kurang dari sepertiga durasi itu, yakni 39 hari, bagi jumlah kasus itu untuk berlipat menjadi 12 juta, menurut penghitungan.
Sejauh ini, tercatat lebih dari 546.000 kematian terkait COVID-19, kisaran yang sama dengan jumlah kematian influenza yang dilaporkan seluruh dunia setiap tahunnya.
Kematian pertama akibat COVID-19 dilaporkan pada12 Januari di Wuhan, China tengah, sebelum angka infeksi dan korban meninggal melonjak di Eropa dan kemudian di AS.
AS melaporkan rekor global harian 56.818 kasus baru COVID-19 pada 3 Juli, saat kasus global mencapai 11 juta. AS melaporkan total tiga juta kasus pada Selasa (7/7). Angka itu menyumbang lebih dari seperempat, baik dalam jumlah kasus maupun kematian global, yang menempatkan strategi pandemi Presiden Donald Trump di bawah pengawasan.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro positif terinfeksi virus corona usai meremehkan bahaya pendemi. Brazil melaporkan antara 20.000 hingga 50.000 kasus baru COVID-19 setiap harinya sejak 1 Juli. Tercatat lebih dari 1,7 juta kasus dan hampir 68.000 kematian akibat COVID-19 di negara tersebut.
Hitungan Reuters, yang berdasarkan pada laporan pemerintah, menunjukkan penyebaran tercepat virus corona terjadi di Amerika Latin. Amerika berkontribusi lebih dari setengah infeksi global dan hampir setengah jumlah kematian. Brazil dan AS menyumbang sekitar 45 persen dari semua kasus baru sejak awal Juli.
India, negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi ketiga di dunia, sedang berjuang menghadapi lebih dari 20.000 kasus baru setiap harinya.
Di negara-negara dengan kemampuan pengujian yang terbatas, jumlah kasus hanya mencerminkan sebagian total infeksi. Para ahli memperingatkan bahwa data resmi sepertinya tidak mewakili jumlah kasus maupun kematian COVID-19.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus COVID-19 AS capai rekor global baru, naik hampir 55.000 per hari
Baca juga: COVID-19 tidak bermutasi, jumlah positif belum capai puncak
Baca juga: Kematian COVID-19 di Amerika Latin capai hampir 390.000 pada Oktober
Ahli epidemiologi ungkap alasan penambahan kasus positif COVID-19
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020