Penelitian lebih lanjut diperlukan guna menentukan apakah kesembuhan mereka berkat remdesivir atau faktor lain seperti imunitas pasien atau terapi lain, katanya.
Remdesivir berada di garis depan dalam pertempuran global melawan COVID-19 setelah obat yang diberikan secara intravena itu membantu mempersingkat waktu penyembuhan di rumah sakit dalam uji klinis AS.
Sejumlah negara seperti Korsel menambahkan remdesivir ke daftar pengobatan penyakit, yang disebabkan oleh virus corona. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mengobati COVID-19.
Baca juga: Singapura perbolehkan obat remdesivir untuk pasien COVID-19 parah
Baca juga: Korsel setujui obat remdesivir untuk pasien COVID-19 jika darurat
Dalam informasi terkini mengenai remdesivir, Gilead pada Jumat mengatakan sebuah analisis membuktikan remdesivir membantu mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 parah. Namun pihaknya memperingatkan bahwa uji klinis yang ketat diperlukan guna memastikan keampuhannya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) pada Sabtu melaporkan hasil kelompok pertama dari 27 pasien yang diberikan remdesivir di sejumlah rumah sakit.
Sembilan pasien menunjukkan perkembangan pada kondisi mereka, 15 pasien kondisinya tidak berubah dan tiga pasien lainnya memburuk, kata direktur KCDC Kwon Jun-wook saat konferensi pers.
Hasil tersebut belum dibandingkan dengan kelompok kontrol dan analisis lainnya diperlukan untuk menyimpulkan khasiat remdesivir, kata Kwon.
Pada Juni Korsel meminta Gilead agar memberikan pasokan cukup untuk mengobati lebih dari 5.000 pasien COVID-19 guna mengantisipasi gelombang kedua infeksi.
Korsel sedang berjuang melawan wabah kecil namun konsisten virus corona, dengan 62 kasus baru pada Minggu, yang menambah total menjadi 13.479 kasus dengan 289 kematian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel minta pasokan remdesivir untuk 5.000 lebih pasien COVID-19
Baca juga: Perusahaan AS akan produksi remdevisir untuk 2 juta pasien COVID-19
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020