"Saya rasa kurang tepat, kalau kurang air putih biasanya dehidrasi, panas badan. Umumnya nyeri pinggang bukan karena kurang minum air putih tetapi karena sebab lain," ujar dokter spesialis bedah orthopedi & traumatologi di RS Pondok Indah - Puri Indah, Muki Partono dalam webinar "Solusi Nyeri Pinggang", Kamis.
Penyebab umum nyeri biasanya dipicu aktivitas berat atau aktivitas yang membebani tulang belakang seperti gerakan membungkuk misalnya menyapu, mengepel lantai bahkan duduk sekalipun.
"Kelainan pada bantalan yang dipicu suatu aktivitas berat. Tidak ada aktivitas yang tidak membebani tulang belakang. Menurut literatur, tidur saja bisa menekan bantalan pada cakram sebesar 25 kg, kalau miring ke kiri lebih besar," kata Muki.
Baca juga: Keluhan saat hamil dari trimester awal hingga akhir
Baca juga: Waspadai masalah tulang belakang seiring bertambah tua
Menurut dia, dibandingkan tidur, posisi duduk bisa memberi tekanan lebih tinggi pada bantalan cakram sehingga dapat memicu munculnya nyeri pinggang.
Muki menyarankan orang-orang tidak melakukan duduk lebih dari empat jam terus menerus terutama di masa bekerja dari rumah pada masa adaptasi kebiasaan baru saat ini dan mengurangi gerakan membungkuk terlalu sering.
"Jangan duduk lama, bikin timer sejam sekali, tidak boleh lebih dari empat jam duduk, rebahan lima menit lebih bagus nanti mulai bekerja lagi. Usahakan kurangi gerakan membungkuk yang lama," tutur dia.
Ahli psikologi klinis dari Harvard Medical School, Inna Khazan merekomendasikan Anda melakukan peregangan otot ditambah berjalan-jalan sekitar 15-30 menit di sela bekerja sambil duduk.
Pilihan lainnya, melakukan gerakan yang tidak mengharuskan Anda menjauh dari meja, yakni menyingkirkan sementara tangan dari keyboard atau papan ketik ke pangkuan lalu gerakanlah tubuh bagian atas, misalnya gerakan memutar pada bahu, leher dan pinggang.
Baca juga: Posisi duduk untuk penderita nyeri pinggang
Baca juga: Langkah awal redakan nyeri pinggang
Baca juga: Ciri nyeri pinggang pertanda batu ginjal
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020