• Beranda
  • Berita
  • Ruang kerja dengan sirkulasi udara tidak baik picu penambahan kasus

Ruang kerja dengan sirkulasi udara tidak baik picu penambahan kasus

16 Juli 2020 18:03 WIB
Ruang kerja dengan sirkulasi udara tidak baik picu penambahan kasus
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Kita tahu sebagian besar dari masyarakat yang kerja akan makan siang ke luar dan sering lupa bahwa seharusnya protokol kesehatan justru lebih ketat saat di tempat makan. Sebab, saat itulah kita melepas masker untuk makan

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan ruang kerja dengan sirkulasi udara yang tidak baik dapat memicu penambahan kasus COVID-19 di lingkungan tersebut.

"Penambahan kasus banyak terjadi di lingkungan kerja dengan kualitas udara yang tidak bagus," kata dia dalam jumpa pers di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan hal itu terkait ruang kerja tanpa sirkulasi udara yang berjalan dengan lancar atau hanya mengandalkan sistem pendingin udara dengan sirkulasi udara yang berputar di ruangan itu saja.

Di tambah lagi kurang disiplinnya individu dalam menjaga jarak dengan rekan kerja yang dianggap sudah akrab. Bahkan, menganggap penggunaan masker tidak perlu lagi.

Padahal, sekalipun sedang berada di kantor dengan orang-orang yang sudah terbiasa bertemu, tetap saja perlu mengingat bahwa mereka berasal dari lingkungan serta risiko yang berbeda.

Oleh karena itu, kata dia, tidak ada alasan untuk tidak menggunakan masker saat berada di lingkungan kantor.

Baca juga: Rekomendasi dokter jika COVID-19 dinyatakan menular lewat udara

Selain tempat kerja, Yurianto juga mengingatkan masyarakat untuk terus mewaspadai penularan COVID-19 di fasilitas umum serta transportasi publik.

"Kita tahu sebagian besar dari masyarakat yang kerja akan makan siang ke luar dan sering lupa bahwa seharusnya protokol kesehatan justru lebih ketat saat di tempat makan. Sebab, saat itulah kita melepas masker untuk makan," katanya.

Sebaiknya, kata dia, masyarakat mengupayakan agar tidak ada pembicaraan sama sekali selama berada di tempat makan untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit, dan kemudian segera meninggalkan tempat makan bila telah selesai.

Menurut dia, adaptasi kebiasaan baru di tempat makan benar-benar harus diterapkan sebab selama ini lokasi tersebut identik untuk tempat berbincang-bincang, bahkan bersantai akrab antarsesama.

Selain itu, katanya, disarankan untuk membawa peralatan makan sendiri, terus menjaga jarak fisik serta memperhatikan dan menjamin sirkulasi udara di lokasi tempat makan.

Untuk mencegah penularan virus di transportasi publik, baik kereta, bus, maupun angkutan kota, setiap individu juga sebaiknya tidak melakukan pembicaraan apapun serta hindari kemungkinan menempatkan posisi berhadap-hadapan yang kurang dari satu meter.

"Ini semua dilakukan sebagai upaya kita bersama-sama menghentikan sebaran COVID-19," ujarnya.

Hingga Kamis, pukul 12.00 WIB, tercatat 81.668 orang di Tanah Air terkonfirmasi positif dan terdapat 40.345 pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh.

Baca juga: WHO paparkan kemungkinan penularan COVID-19 lewat udara
Baca juga: Dokter Reisa sarankan rumah dan kantor punya sirkulasi udara baik

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020