"Kasus DBD tidak boleh ada lagi di sini. Harus nol kasus, ya, karena Labuan Bajo akan menjadi lokasi KTT G-20 pada 2023 mendatang," katanya saat meninjau kesiapan penanganan dan Protokol COVID-19 serta dialog dengan Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Puskesmas dan RSUD di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Jumat.
Menurut dia hal ini penting karena memang kasus malaria atau DBD sering membuat wisatawan atau pun tamu negara dari berbagai negara takut dengan ke suatu daerah.
Baca juga: Labuan Bajo diyakini cepat tumbuh dibanding objek wisata lain
Baca juga: Kepala Bappenas kunker selama 5 hari di Labuan Bajo, ini agendanya
Jika hal ini masih ada di NTT khususnya di Labuan Bajo dikhawatirkan akan mengganggu kunjungan wisatawan khususnya mengganggu jalannya pelaksanaan KTT G-20 di daerah itu.
"Oleh karena itu saya berharap bisa segera di atasi," ujar dia di hadapan Kadis Kesehatan NTT Dominggus Minggu Mere.
Data dari Dinas Kesehatan Kesehatan Manggarai Barat sejak Januari hingga Juni 2020 kasus DBD di kabupaten itu mencapai 106 kasus.
Namun, dari sejumlah kasus itu tak ada pasien DBD yang dinyatakan meninggal dunia, akibat para petugas medis dan fasilitas kesehatan di daerah itu lengkap.
Tak hanya itu, kesadaran masyarakat untuk lebih cepat membawa pasien yang sakit akibat DBD ke fasilitas kesehatan juga menjadi hal positif karena bisa cepat tertangani.
Menteri dalam kesempatan tersebut juga meninjau sejumlah fasilitas kesehatan baik di Puskesmas dan RS Siloam yang berkaitan dengan penanganan pasien COVID-19.*
Baca juga: Kementerian PUPR lanjutkan penataan Puncak Waringin KSPN Labuan Bajo
Baca juga: Dukung KSPN Labuan Bajo, PUPR lakukan penataan Goa Batu Cermin
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020