Masker idealnya bisa memblokir tetesan pernapasan atau droplet dari batuk atau bersin--metode utama penyebaran COVID-19--bersama dengan partikel udara yang lebih kecil, yang disebut aerosol yang diproduksi ketika orang berbicara atau menghembuskan napas.
Baca juga: Lukis masker ala milenial, Charlene Junus ingin bertemu Presiden
Baca juga: Bukan lucu-lucuan, masker dari bra benar-benar diproduksi di Jepang
Selain masker bedah, kini orang-orang mengenakan masker berbahan kain untuk menutup mulut dan hidung mereka. Lantas mana masker kain terbaik? Berikut ulasannya seperti dilansir dari Business Insider, Sabtu:
1. Masker hibrida
Para peneliti di Inggris menyatakan masker "hibrida" yakni menggabungkan dua lapisan kain dan biasanya juga berbahan seperti katun, sutra, sifon, atau flanel, menyaring lebih dari 80 persen partikel kecil (kurang dari 300 nanometer) dan lebih dari 90 persen partikel lebih besar (lebih besar dari 300 nanometer).
Menurut peneliti, kombinasi katun dan sifon memberikan perlindungan yang paling besar, diikuti oleh katun dan kain flanel, katun dan sutra, dan empat lapis sutera alam.
Para peneliti menyarankan masker ini bahkan mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker N95, meskipun tidak selalu lebih baik dalam menyaring partikel yang lebih besar.
Dua lapis katun atau dua lapis sifon mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker bedah.
2. Masker tiga lapis kain
WHO merekomendasikan masker kain memiliki tiga lapisan: lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan nonabsorben seperti poliester.
Sebuah studi Universitas Illinois yang masih menunggu tinjauan sejawat, menemukan, tiga lapis sutra atau 100 persen katun mungkin sama protektifnya dengan masker medis.
Sutra khususnya memiliki sifat elektrostatik yang dapat membantu menjebak partikel virus yang lebih kecil.
3. Serbet dan kain antimikroba
Handuk dan kain antimikroba bukan bahan yang ideal, tetapi lebih baik dari pada satu lapisan kain katun. Keduanya bisa menjadi alternatif terbaik berikutnya, asalkan dijalin rapat untuk memberikan perlindungan.
Kain antimikroba (biasanya terbuat dari satin, sutra, atau bambu) lebih disukai daripada kain katun standar, menurut peneliti.
4. Sekedar kain katun di sekitar hidung dan mulut
Peneliti Inggris menemukan satu lapisan katun paling tidak efektif untuk memblokir partikel virus corona baik besar maupun kecil.
Selembar selendang dan kaus katun mengurangi risiko infeksi sekitar 44 persen ketika dikenakan di daerah terkontaminasi virus corona selama 30 detik, demikian temuan studi Journal of Hospital Infection.
Namun, setelah 20 menit paparan di lingkungan yang sangat terkontaminasi, pengurangan risiko turun menjadi hanya 24 persen. Tapi itu lebih baik dari nol.
Bahkan masker katun yang dipasang longgar secara substansial mengurangi penyebaran partikel virus ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, menurut para peneliti di India baru-baru ini.
Peneliti menemukan, tetesan infeksius menjalar hingga 16 kaki atau 5 meter ketika seseorang tidak mengenakan masker, sementara risiko partikel masuk ke sisi masker hanya 5 kaki atau sekitar 1,5 meter.
Selain itu, bagaimana Anda mengenakan topeng juga penting.
Perlindungan masker termasuk N95 dan masker bedah menurun secara signifikan ketika ada celah antara masker dan kulit. Anda harus memastikan tidak ada celah antara kulit dan masker.
Meski begitu, penelitian menunjukkan memakai masker yang tidak tepat atau sporadis saja masih bisa mengurangi penularan.
Baca juga: Masker kain "Chantiq" dengan sentuhan budaya Jawa
Baca juga: Lima hal agar tak kena COVID-19
Baca juga: Pakai masker bisa kurangi asupan oksigen, benarkah?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020