Kepergian Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Prof Dr Sapardi Djoko Damono meninggalkan duka mendalam bagi Universitas Indonesia (UI), khususnya bagi keluarga besar FIB.Hari ini, bukan saja FIB UI yang kehilangan guru besarnya, tetapi Indonesia juga harus melepas salah satu anak bangsa yang turut berperan mengangkat harkat bangsanya melalui karya dan pengabdiannya pada seni budaya Indonesia
Dekan FIB UI, Dr Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, di Kampus UI Depok, Minggu menyampaikan ucapan duka yang sedalam-dalamnya atas kepergian almarhum.
“Prof Sapardi Djoko Darmono merupakan seorang guru, sahabat dan kolega. Kami semua di kampus UI sangat kehilangan dengan kepergian almarhum yang kita semua kenal dengan dekat dan akrab," katanya.
Adrianus mengatakan almarhum merupakan orang yang sangat bersahaja.
"Hari ini, bukan saja FIB UI yang kehilangan guru besarnya, tetapi Indonesia juga harus melepas salah satu anak bangsa yang turut berperan mengangkat harkat bangsanya melalui karya dan pengabdiannya pada seni budaya Indonesia," katanya.
Selain menyandang gelar guru besar FIB UI, almarhum dikenal luas sebagai sastrawan dan penulis yang syair-syairnya telah dikenal sepanjang zaman di berbagai kalangan usia, juga diterjemahkan di berbagai bahasa asing.
Kiprah almarhum telah mengantarkannya meraih berbagai penghargaan nasional maupun mancanegara, termasuk di bidang sastra.
Penghargaan yang diraih di antaranya pada tahun 1978 berupa Cultural Award dari Pemerintah Australia, Anugerah Puisi-Puisi Putera II dari Malysia (1980), Anugerah Seni dari Depdikbud (1990), Kalyana Kretya dari Menristek (1996), The Achmad Bakrie Award for Literature (2003, 2004 Khatulistiwa Award, dan penghargaan dari Akademi Jakarta (2012).
"Selamat jalan untuk guru, sahabat, dan kolega, Prof Sapardi Djoko Damono. Semoga Tuhan berkenan memberi tempat terbaik di sisi-Nya," kata Adrianus Laurens Gerung Waworuntu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun FIB UI, Prof Sapardi Djoko Darmono lahir di Solo, Jateng pada 20 Maret 1940. Almarhum melanjutkan pendidikan tinggi sarjana di Jurusan Sastra Barat UGM dan pernah juga studi di Universitas Hawaii Honolulu, Amerika Serikat.
Gelar doktor Ilmu Susastra diperoleh di Fakultas Sastra Universitas Indonesia di tahun 1989. Sebelum mengajar di FIB UI, ia pernah mengajar di IKIP Malang Cabang Madiun 1964 – 1968.
Ia pertama kali diangkat menjadi dosen di FIB UI tahun 1974 dan kemudian dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Susastra pada tahun 1995.
Sapardi menjabat sebagai Dekan FIB UI periode 1995-1999 dan purnabakti dari FIB UI tahun 2005. Semasa aktif sebagai dosen, melalui bimbingannya telah lahir para sarjana, magister dan doktor FIB UI.
Selain menjadi pengajar di FIB UI, jabatan lain yang pernang disandang adalah Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia Jakarta ( 1973-1980), Sekretaris Yayasan HB Jassin, anggota Dewan Kesenian, anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka, mendirikan HISKI pada 1988 dan menjadi ketua HOSKI selama tiga periode.
Di samping menghasilkan karya sastra yang terkenal, ia juga menulis buku antara lain Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas, Telaah Fungsi, Isi dan Struktur.
Sedangkan buku karya terjemahan yang ditulisanya, di antaranya Lelaki Tua dan Laut ( The old man and the sea) oleh Hemingway, Duka Cita Bagi Elektra (Mourning becomes Electra) oleh Eugene O’Neil.
Baca juga: Sapardi Djoko Damono meninggal dunia
Baca juga: Sapardi Djoko Damono raih anugerah buku ASEAN
Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono dimakamkan di Giri Tonjong Bogor
Baca juga: Manuskrip Sapardi Djoko Damono, dari "sampah" jadi harta
Baca juga: Usung "Jawa Dulu, Kini, Esok"" FIB UI rayakan Dies Natalis ke-78
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020