"Terkait pengalaman kecelakaan besar nuklir Three Mile Island II, Chernobyl, dan Fukushima, saya berpendapat PLTN yang boleh dibangun di Indonesia sekurangnya dari generasi III+ yang telah memiliki kemampuan keselamatan inheren, sehingga bila ada kasus seperti di Fukushima ataupun Chernobyl tidak akan memicu kecelakaan yang fatal," kata Zaki saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: Batan: Kalimantan Barat memiliki 17.005 ton uranium
Baca juga: Batan: Energi nuklir disinergikan dengan energi terbarukan
PLTN generasi III+ memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi dan teknologi yang mapan, sehingga jauh lebih baik dibanding generasi sebelumnya.
"Untuk generasi III sudah memiliki keselamatan inheren, artinya kalau ada pemicu bencana seperti Chernobyl atau Fukushima tidak jadi masalah. Artinya oke, khususnya kalau untuk daerah seperti Kalimantan yang relatif aman dari gempa," tutur Zaki.
Zaki menuturkan ada persyaratan di regulasi untuk jenis PLTN yang dibangun di Indonesia, yakni PLTN yang boleh dibangun adalah yang telah mapan (established) dan pernah mendapat izin dan pernah dibangun di negara asalnya.
Zaki menuturkan pada prinsipnya studi kelayakan untuk pembangunan PLTN harus dilakukan secara komprehensif termasuk studi tapak, jenis PLTN yang akan dibangun dan sistem keselamatan yang ada.
Baca juga: Pakar: reaktor Generasi III+ cocok untuk Indonesia
Untuk studi tapak, ada 19 aspek yang harus dievaluasi, di antaranya aspek kegempaan, potensi banjir dan tsunami, serta potensi gunung api.
"Studi kelayakan ini yang kemudian harus dilakukan jika ingin membangun PLTN di manapun, termasuk di Kalimantan Barat," ujarnya.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020