Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak generasi muda menyikapi era disrupsi dengan bijak.Pada era disrupsi, digitalisasi dalam bidang industri akan mengoreksi peran dan kebutuhan SDM di berbagai bidang dengan teknologi robotik yang bekerja dengan cepat, akurat, efisien, dan tidak mengenal lelah.
Bamsoet ketika memberikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI bertema "Meneguhkan Komitmen Kebangsaan pada Era Disrupsi" kepada kader Pelajar Islam Indonesia (PII) secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin, menjelaskan bahwa era disrupsi adalah masa perubahan aktivitas dari dunia nyata beralih ke dunia maya.
"Tidak hanya menghadirkan modernitas dan kemajuan, tetapi juga menimbulkan tantangan multidimensi yang dapat mereduksi ketergantungan pada peran individu lain dalam sistem sosial kemasyarakatan," katanya.
Baca juga: Perlindungan data pribadi sangat penting di era disrupsi digital
Pada era disrupsi, kata mantan Ketua DPR RI itu, digitalisasi dalam bidang industri akan mengoreksi peran dan kebutuhan sumber daya manusia di berbagai bidang dengan teknologi robotik yang bekerja dengan cepat, akurat, efisien, dan tidak mengenal lelah.
Teknologi robotik akan menggeser peran sumber daya manusia yang dalam beberapa aspek mempunyai kelemahan. Misalnya, produk kecerdasan buatan (artificial intelligence) di bidang hukum telah melahirkan teknologi bernama COIN (Contract Intelligence).
COIN adalah sebuah mesin pintar yang memiliki kemampuan menganalisis perjanjian kredit dalam waktu yang singkat dengan tingkat akurasi yang optimal.
"Ini jauh lebih cepat dari rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang advokat untuk mengerjakan hal yang sama," kata Bamsoet.
Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan adalah sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan pada era disrupsi. Meski demikian, literasi teknologi, menurut Bamsoet, bukanlah satu-satunya jawaban.
Baca juga: Wamenlu sebut COVID-19 ciptakan disrupsi geopolitik dunia
Dalam dunia pendidikan, misalnya, untuk menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dalam menghadapi tantangan zaman, menurut dia, harus dibangun pola dan sistem pendidikan yang dapat menghilangkan kesenjangan teknologi antara kompetensi guru, kebutuhan siswa, serta sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
"Perlu sinergi agar ketiga variabel tersebut tidak terjebak dalam kesenjangan teknologi. Misalnya, gurunya masih dengan pola pikir (mindset) abad 20, siswanya lahir dan hidup pada abad 21, dan fasilitas sekolah masih merujuk abad 19," kata Bamsoet.
Bamsoet menambahkan bahwa kemajuan teknologi internet juga dapat disalahgunakan sehingga dapat mendorong lahirnya sikap intoleran, penyebaran hoaks, bahkan tindakan kriminal.
Untuk itu, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu mengingatkan agar visi kebangsaan dan nilai-nilai kemanusiaan harus selalu dijaga serta tidak boleh menghilang dari generasi muda selama era disrupsi berlangsung.
"Jadilah bagian dari kader-kader bangsa yang mampu merespons era disrupsi dengan mengembangkan setiap potensi dan kapasitas diri, untuk memajukan bangsa tanpa menanggalkan karakter keindonesiaan kita," kata Bamsoet.
Baca juga: "Primum non nocere" dan profesi pustakawan era disrupsi
Pancasila adalah nilai dasar yang harus senantiasa dimiliki bangsa Indonesia. Namun, tidak semua nilai-nilai global yang masuk pada era disrupsi tersebut selaras dengan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia.
Berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2018 menunjukkan masyarakat yang pro terhadap Pancasila dalam kurun waktu 13 tahun, periode 2005 sampai dengan 2018, telah mengalami penurunan sekitar 10 persen. Dari 85,2 persen pada tahun 2005, menjadi 75,3 persen pada tahun 2018.
Tidak hanya itu, lanjut Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komunitas Pancasila Muda di akhir Mei 2020 dengan responden kaum muda dari 34 provinsi, tercatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka.
Dalam kesempatan itu, Bamsoet mengajak generasi muda meneguhkan komitmen kebangsaan yakni Pancasila untuk mencegah kemajuan teknologi pada era disrupsi tidak melahirkan manusia yang individualistik serta mengevaluasi cara pandang sebagai makhluk sosial.
Turut serta dalam acara ini, antara lain Ketua Umum PB PII Husin Tasrik Makrup Nasution, Sekretaris Jenderal PB PII Aris Darussalam, Wakil Sekjen PB PII A.A. Fauzul Adzim, serta ratusan kader PII di seluruh Indonesia.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020