Pandemi COVID-19 membuat Institut Seni Indonesia Denpasar harus mengambil keputusan untuk menunda sejumlah agenda internasional yang menjadi program prioritas perguruan tinggi itu sepanjang 2020.Contohnya perencanaan anggaran bantuan kuota internet untuk mahasiswa agar tidak ada kesan perkuliahan dan proses akademik terbengkalai
"Di tengah pandemi COVID-19 ini, tentu kami tidak mau mengambil risiko, begitu pun pihak luar negeri, sehingga kedua pihak memilih membatalkan atau menunda agenda prioritas karena pada dasarnya pandemi ini jadi permasalahan di seluruh dunia," kata Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Ketut Garwa di Denpasar, Selasa.
Delegasi kampus seni "pelat merah" di Denpasar itu, sedianya menggelar pertunjukan bertajuk "Hirosima Bali Sunset" di Jepang serta kegiatan serupa di Thailand.
"Meskipun agenda tersebut berskala kecil, namun sangat bermanfaat untuk menaikkan nilai tawar dan memperkuat jejaring ISI Denpasar di kancah internasional," ujarnya.
Tahun ini, ISI Denpasar juga membatalkan dua kunjungan dua guru besar asal Jepang, yakni Profesor Katagiri dari Okinawa Prefectural University of Art (OPUA) dan Profesor Kubota dari Kunitachi College of Music.
Untuk menjaga produktivitas perencanaan dan kerja sama pada masa pandemi, Garwa mengaku telah berkoordinasi dengan Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) untuk merancang draf kerja sama dengan OPUA yang akan ditandatangani secara digital oleh kedua pimpinan insitusi tersebut.
Baca juga: Bali perlu memiliki protokol pertunjukan seni di masa normal baru
Ia mengatakan kegiatan berupa program Pertukaran Pelajar Nusantara (Permata) tetap bisa diikuti oleh ISI Denpasar. Program dari Kemendikbud itu memberi kesempatan kepada mahasiswa bertukar wawasan pada kampus yang mengelola bidang ilmu yang sama.
"Misalnya mahasiswa ISI Yogyakarta bertukar dengan ISBI Tanah Papua, ISI Denpasar dengan ISI Padang Panjang, dan sebagainya," ucap akademisi asal Kabupaten Bangli itu.
Terkait dengan perencanaan pada 2021, tambah Garwa, ISI Denpasar masih menyesuaikan dengan masa darurat pandemi COVID-19 hingga pertengahan tahun.
"Untuk 2021, perencanaan kami masih sama dengan sekarang hingga pertengahan tahun, kami asumsikan pandemi belum berakhir di Juni 2021. Dan memang kita semua tidak tahu kapan semua ini akan berakhir," ujar dia.
Menurut Garwa, hal terpenting saat ini lembaga sedang membantu mahasiswa agar proses perkuliahan secara daring berjalan secara optimal.
"Contohnya perencanaan anggaran bantuan kuota internet untuk mahasiswa agar tidak ada kesan perkuliahan dan proses akademik terbengkalai," katanya.
Baca juga: Rektor ISI Denpasar usulkan guru besar jalur kekaryaan
Baca juga: Rektor ISI: Seniman jadi "panglima" teknologi hadapi era 4.0
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020