• Beranda
  • Berita
  • Cak Imin harap Mendikbud temui NU dan Muhammadiyah cari solusi

Cak Imin harap Mendikbud temui NU dan Muhammadiyah cari solusi

23 Juli 2020 22:42 WIB
Cak Imin harap Mendikbud temui NU dan Muhammadiyah cari solusi
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat ditemui di Kantor DPP PKB, Jakarta, Kamis (23/7/2020). (ANTARA/ Abdu Faisal)
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar mengharap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menemui dua Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, untuk mencari solusi atas stagnasi pendidikan di Indonesia.

"Tentu saya berharap Mendikbud segera datang ke Nahdlatul Ulama, datang ke Muhammadiyah untuk mencari jalan keluar atas stagnasi pendidikan kita," ujar Cak Imin, sapaan Muhaimin kepada wartawan dalam tasyakuran hari lahir (Harlah) PKB ke-22 di Kantor DPP PKB, Jakarta, Kamis.

Nama NU dan Muhammadiyah disebut Cak Imin mengingat peran besar kedua organisasi kemasyarakatan tersebut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Baca juga: LP Ma'arif nyatakan mundur dari Organisasi Penggerak

Cak Imin menilai pendidikan di Indonesia mengalami stagnasi karena kesulitan dalam penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan Nadiem.

"Salah satu stagnasi yang kita hadapi, sekarang pendidikan di tingkat Sekolah Dasar mengalami kesulitan, (PJJ) online enggak jalan, lapangan enggak jalan. Karena itu, kita harus terus berupaya agar keterlibatan semua kalangan dalam memajukan pendidikan," kata Cak Imin.

Dalam pidatonya saat membuka acara tasyakuran Harlah PKB ke-22 yang diperingati 23 Juli 2020, Cak Imin meminta Nadiem agar tidak melupakan peran NU dan Muhammadiyah, agar tidak kualat.

Baca juga: Muhammadiyah mundur dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud

"Jadi apapun kebijakannya jangan sampai pernah tidak melibatkan NU dan termasuk Muhammadiyah. Kalau nggak kualat minimal itu yang terjadi," kata Cak Imin.

Cak Imin mengaku sejak awal mendukung Mendikbud Nadiem Makarim ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menilai Nadiem sosok yang mampu berpikir cepat dalam menatap tantangan ke depan.

"Langkah Pak Jokowi memilih Pak Nadiem adalah langkah yang luar biasa berpikir masa depan yang cepat. Tidak normatif, efektif, dan menata masa depan yang responsif terhadap kemajemukan," kata Cak Imin.

Baca juga: Muhammadiyah tuntut transparansi Kemdikbud soal hibah ormas

Di dalam masa pandemi saat ini, kata Cak Imin, tentu pemerintah harus terus melakukan sejumlah evaluasi. Pertama menemukan formula dan cara kerja pendekatan baru, kedua melakukan perbaikan diri yang lebih baik dalam hal sikap dan disiplin, ketiga meningkatkan kedaulatan bangsa agar tidak terpengaruh resesi global.

Cak Imin mengatakan pendidikan adalah kunci melakukan tiga evaluasi tersebut. Apabila pendidikan dapat berjalan dengan prima meski ada pandemi COVID-19, maka Cak Imin optimistis keadaan krisis global dapat bersama-sama dilewati.

Cak Imin mengusulkan agar penguatan pendidikan diarahkan kepada penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sektor pertanian. Mengingat krisis pandemi COVID-19 ke depan tidak hanya memunculkan krisis ekonomi dan kesehatan tapi juga krisis pangan.

Baca juga: FSGI : Mundurnya NU dan Muhammadiyah tunjukkan ada yang janggal

"Banyak yang harus kita lakukan, mulai dari penyiapan sumber daya pertanian, baik sumber daya manusianya maupun teknologi dan kecepatan ilmu pengetahuan yang harus tersosialisasi di masyarakat," kata Cak Imin.

Cak Imin mengungkap ada sejumlah temuan-temuan penelitian yang belum bisa digunakan secara efektif padahal berpeluang besar menjadi solusi pertanian kita.

Cak Imin juga mengoreksi program organisasi penggerak yang dirancang oleh Kemendikbud. Menurut dia, semestinya program itu diarahkan kepada sektor-sektor yang betul-betul membutuhkan dukungan.

"Program penggerak organisasi pendidikan, yang sifatnya subsidi itu dievaluasi. Yang kuat tidak usah dibantu APBN, bantulah yang lemah melalui APBN," kata Cak Imin.

Baca juga: HNW: Jangan abaikan peran NU-Muhammadiyah sebagai penggerak pendidikan

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020