"Kita harus berhenti menghabiskan uang untuk subsidi bahan bakar fosil dan pendanaan industri batu bara," kata Guterres, seperti dikutip dari pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi Global PBB, Jumat.
Guterres menyatakan hal tersebut dalam pidato secara virtual di hadapan mahasiswa Universitas Tsinghua, China, Kamis (23/7). Ia memusatkan perhatian pada upaya melawan perubahan iklim dalam rencana pemulihan ekonomi setelah pandemi berakhir.
"Tidak ada yang namanya energi batu bara bersih, dan batu bara seharusnya tidak punya tempat dalam rencana pemulihan rasional mana pun," ujar dia menegaskan.
Menurut Guterres, fakta bahwa masih banyak investasi negara-negara pada pembangkit listrik tenaga batu bara saat ini adalah suatu hal yang mengkhawatirkan.
Pendapatnya itu mengacu pada penggunaan energi terbarukan yang masih kurang banyak dipilih, sekalipun "menawarkan lapangan kerja tiga kali lebih banyak, dan saat ini lebih murah daripada batu bara di sebagian besar negara."
Bersama dengan poin yang menyoal penggunaan energi bersih, Guterres menyebutkan sejumlah aspek lain, termasuk kebutuhan akan lapangan kerja ramah lingkungan dan pertumbuhan berkelanjutan.
Kemudian, juga perlunya pertimbangan terhadap risiko iklim dalam semua pengambilan keputusan, khususnya keputusan keuangan agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan sosial.
"Kami meminta para investor untuk menuntut agar perusahaan mengungkapkan rencana transisi demi mencapai emisi nol bersih. Persamaannya harus sederhana, yakni ketiadaan rencana akan menghasilkan ketiadaan investasi," ujar Guterres.
"Seperti COVID-19, perubahan iklim tidak mengenal batas," kata Guterres.
Baca juga: PBB: Bantuan penanganan COVID-19 untuk negara miskin tidak cukup
Baca juga: PBB: Perpecahan Israel-Palestina perburuk penanganan COVID-19
Baca juga: Guterres: bukan waktunya kurangi sumber daya WHO untuk perangi corona
Menko Perekonomian: Presiden tandatangani Perpres pemulihan ekonomi nasional
Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020