Yohanes Magai, warga Kampung Mimika Gunung di Timika, Senin, mengatakan akibat banjir bandang itu banyak rumah warga dan ternak mereka terbawa arus air yang deras.
"Sekarang kami sangat membutuhkan bantuan bahan makanan dan pakaian layak pakai karena banyak rumah warga sudah rusak, sebagian terbawa banjir, ternak peliharaan juga tidak bisa diselamatkan," kata Yohanes.
Komandan Baznas Tanggap Bencana Mimika, Agung Arie menuturkan jajarannya pada Senin petang berhasil menyusuri tepi sungai untuk mencapai lokasi warga Mimika Gunung yang mengungsi di tempat lebih tinggi.
Baca juga: Baznas Mimika pastikan terus bantu korban bencana banjir di Sentani
Baca juga: 8 ton bantuan akan dikirim Pemkab Mimika untuk korban banjir di Jayapura
"Akses ke sana sangat sulit. Kami terpaksa membuat jalan darurat mengikuti pinggir alur sungai dan kami baru sampai di titik penjemputan warga," kata Agung.
Untuk bisa menjangkau lokasi pengungsian warga Mimika Gunung, tim Baznas Mimika harus menyusuri tepi sungai dengan berjalan kaki sejauh sekitar 6 kilometer melintasi sungai berlumpur dan berarus deras.
Kondisi itu terjadi lantaran ruas jalan Trans Nabire sebelum memasuki kawasan perusahaan perkebunan kepala sawit, PT PAL hilang akibat tersapu banjir bandang.
Jalanan berkonstruksi beton tailing itu kini berubah fungsi menjadi alur sungai baru.
Pada Senin siang, Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob didampingi Kepala Distrik Iwaka Wens Mitoro meninjau warga terdampak banjir bandang di kawasan Jalan Trans Nabire, tepatnya di Kilometer 12.
John, demikian sapaan akrabnya, menegaskan ketiadaan anggaran penanganan bencana di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mimika bukan alasan untuk tidak membantu warga yang kesusahan akibat bencana alam tersebut.
"Saya tidak tahu apakah Kepala BPBD sudah turun ke lapangan atau belum. Tidak ada alasan dana tidak ada, kalau kerusakan jalan itu tanggungjawab Satker PU, tapi soal masyarakat itu tanggung jawab Pemda Mimika," kata John.
Mantan Kepala Dishubkominfo Mimika itu menilai bencana banjir bandang yang melanda kawasan Jalan Trans Nabire itu sebetulnya sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya lantaran aktivitas penebangan kayu di hulu sungai masih terus terjadi hingga saat ini.
Akibat penebangan kayu, hutan menjadi gundul sehingga volume air meningkat saat musim hujan hingga menggenangi kawasan perkampungan sekitar PT PAL hingga Kampung Iwaka, Myoko dan kampung-kampung di wilayah pesisir Mimika lainnya seperti Aikawapuka.
"Saya tidak tahu kondisi di Myoko, Iwaka, dan Aikawapuka. Di Iwaka informasinya air naik sampai dada orang dewasa, demikian juga di Kampung Aikawapuka. Berdasarkan laporan kepala distrik, kondisi air sungai di Aikawapuka kini sudah surut," kata John.
Akibat banjir bandang di kawasan Jalan Trans Nabire itu, ratusan kepala keluarga yang bermukim di PT PAL 2, PT PAL 1 hingga kini terisolasi dan kekurangan bahan makanan.
John meminta warga agar tidak menebang hutan untuk diambil kayu-kayunya lalu dijual ke pengusaha kayu di Kota Timika.*
Baca juga: Relawan Mimika bantu ribuan pengungsi banjir Sentani
Baca juga: Jasad pendulang emas Mimika ditemukan di Kali Kabur
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020