"Untuk bisa diikuti banyak orang dan menjadi kebudayaan akan memerlukan waktu karena menyangkut pola pikir dan perilaku," kata Meutia dalam bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Gedung Graha BNPB di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Meutia Hatta dambakan Indonesia disiplin seperti dahulu
Baca juga: Meutia Hatta: Konyol kalau KPPPA dihilangkan
Meutia mengatakan kebiasaan adalah sesuatu yang dilakukan sekelompok orang karena satu pertimbangan tertentu, misalnya karena melihat ada kebaikan, keuntungan, atau manfaat dari hal tersebut.
Setelah orang dari luar kelompok tersebut juga melihat manfaat langsung dari kebiasaan tersebut, biasanya akan lebih banyak orang yang meniru dan mengikuti kebiasaan tersebut.
"Ada kebiasaan yang diperkuat dengan cara-cara mempertahankan sampai dengan turun temurun, kemudian menjadi kebudayaan," tuturnya.
Meutia mencontohkan kebiasaan masyarakat yang tinggal di rumah panggung seperti di Palembang atau Sumatera Barat. Di depan rumah biasanya ditempatkan gentong berisi air untuk mencuci kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
Kebiasaan menempatkan gentong berisi air dan mencuci kaki sebelum masuk ke dalam rumah itu akhirnya menjadi budaya masyarakat setempat.
Baca juga: Dilema adaptasi kehidupan baru
"Bisa juga makanan. Orang Minang dulu tidak suka makan sayur sehingga biasanya sakit kolesterol. Setelah merasakan manfaat sayuran, sekarang kita mudah mendapatkan menu sayur-sayuran di masakan Minang," jelasnya.
Begitu pula dengan kebiasaan berdasarkan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker saat berada di luar rumah dan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, akan dilakukan banyak orang bila mereka merasakan manfaatnya.
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, menggunakan masker dan mencuci tangan memberikan manfaat untuk melindungi diri dari virus corona.
"Kita harus mengupayakan agar hal itu menjadi budaya dengan pola pikir dan perilaku masyarakat, bukan sekadar ikut-ikutan, melainkan masyarakat otomatis melakukannya," katanya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020