Dewan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University optimistis Indonesia mampu merencanakan dan mengimplementasikan pembangunan industri berbasis sagu secara terpadu dan berkelanjutan....cara bertindak kita yang masih berbeda-beda karena kita tidak punya satu rencana yang terpadu untuk semua kawasan.
"Kita berharap bangsa Indonesia mampu merencanakan dan mengimplementasikan pembangunan industri berbasis sagu secara terpadu dan berkelanjutan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Guru Besar IPB University Prof Dr Evy Damayanthi tentang seminar yang dirancang untuk membahas persoalan seputar sagu yang disampaikan melalui keterangan pers kepada ANTARA Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa di tengah pandemi COVID-19 saat ini, masyarakat Indonesia tidak bisa tinggal diam tanpa berusaha menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul.
Untuk itu, hal yang dapat dilakukan oleh para guru besar adalah mendiseminasi ilmu yang mereka miliki dan mencoba mencari solusi atas masalah di Indonesia, sehingga dalam penanganan masalah tersebut tidak hanya masalah kesehatan yang dapat diatasi tetapi juga masalah ekonomi.
Baca juga: Pabrik sagu terbesar di Indonesia resmi beroperasi
Dalam upaya mengatasi masalah di Indonesia, Dewan Guru Besar IPB University berharap perencanaan dan pengimplementasian pembangunan industri berbasis sagu yang terpadu dan berkelanjutan dapat membantu memulihkan perekonomian bangsa.
Untuk itu, Dewan Guru Besar IPB University mencoba membahas pembangunan industri terpadu tersebut melalui berbagai diskusi untuk menemukan kebijakan dan upaya pengembangan yang tepat guna mewujudkan industri berbasis sagu tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dr Hadi Sucahyono menyampaikan berbagai strategi untuk pengembangan infrastruktur industri sagu, di antaranya melalui alternatif sistem penyaradan batang sagu yaitu dengan sistem pemikulan, sistem gletrek/digulingkan, sistem penyeradan dengan kereta dorong, sistem penyaradan dengan hewan, sistem kuda-kuda, mono cable winch system, sistem kabel, dan tepung sagu basah.
Baca juga: Gugus Tugas dorong masyarakat manfaatkan keragaman pangan Indonesia
Kemudian, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Dr Arifin Rudiyanto juga menyampaikan perlunya dorongan terhadap peran serta investasi masyarakat dan badan usaha yang terintegrasi untuk mengatasi ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan pendanaan.
"Adapun dukungan infrastruktur dapat diwujudkan melalui akses menuju sentra produksi dan jalan produksi (jalan di dalam kawasan sagu),” kata dia.
Sementara itu, Perwakilan Dewan Guru Besar IPB University Prof Dr Tajuddin Bantacut juga menyampaikan beberapa rekomendasi, antara lain perlunya identifikasi dan pemetaan wilayah dengan luasan yang memadai, analisis topografi dan hidrologi, perancangan zonasi kawasan menurut karakteristik lahan (tanah), vegetasi, geologi, hidrologi, dan sosial untuk memenuhi kebutuhan ruang kebun.
Baca juga: Indonesia penghasil sagu terbesar dunia
Juga produksi dan infrastruktur, penentuan kapasitas industri pengolahan dan pergerakan bahan, perhitungan kebutuhan prasarana, sarana transportasi dan logistik, perancangan jaringan jalan dan sarana angkutan lainnya, perhitungan kebutuhan investasi publik, BUMN/swasta dan masyarakat, grand design kawasan sagu terpadu seperti kebun, pabrik, darmaga/pelabuhan, bangunan logistik, serta grand design/master plan baik secara nasional dan kawasan.
"Kita sudah punya visi yang sama, cara pandang yang sama, tapi cara bertindak kita yang masih berbeda-beda karena kita tidak punya satu rencana yang terpadu untuk semua kawasan. Parsial-parsial yang tidak terpadu tidak dapat menghasilkan dampak sinergis yang memadai. Kita perlu satu rencana untuk semua kegiatan,” demikian kata Tajuddin.
Baca juga: Sagu solusi swasembada pangan Indonesia
Pewarta: Katriana
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020